Ketika kita berbicara tentang musik, yang terlintas pastinya adalah sebuah urutan - urutan nada yang teratur dan memiliki pola yang harmonis sehingga memberikan kenyamanan dan hiburan bagi yang menikmatinya. Setiap orang memiliki cara mereka sendiri dalam menikmati alunan musik, tentunya kita sepakat bahwa musik baik bagi yang menciptakan maupun yang menikmatinya merupakan bentuk ekspresi dari perasaan seseorang dalam menjalani dan memaknai hidupnya.
Musik adalah salah satu media untuk mewakili seperti apa perasaan dan aspirasi kita, dan sejarah sudah banyak membuktikan hal tersebut. Mungkin kita sendiri sering banyak mendengar bahwa musik banyak digunakan sebagai media untuk menyampaikan aspirasi sosial dan kehidupan, politik bahkan menjadi salah satu media agitasi propaganda untuk melancarkan sebuah gerakan ideologis. Dari banyak aspek, musik tidak bisa kita pisahkan dalam sejarah perubahan sosial baik secara global dan nasional. Ada banyak nama - nama besar yang menumpahkan ekspresi pemberontakannya melalui musik dan itu ditandai dengan munculnya perubahan akibat aksi artistiknya tersebut. Sebut saja nama - nama seperti John Lennon, Billie Holiday, Bob Dylan, RATM, Bob Marley, The Doors, The Clash, The Exploited, The Who dan yang lainnya yang turut mewarnai lahirnya musik - musik bernuansa rebel.
Awalnya Karena Ketidakadilan
Flashback dari awal berkembangnya musik secara global, banyak dari genre - genre musik yang lahir pada awalnya terinspirasi dari ekpresi perlawanan para seniman musik terhadap kondisi yang ia lihat disekitarnya. Salah satunya adalah musik blues yang lahir dari beberapa orang buruh tambang dan tani ras Afro-Amerika yang merasakan dingin dan kejamnya kondisi sosial mereka sehari - hari ketika bekerja sebagai buruh tambang dan buruh tani di tanah Amerika. Bagi mereka, musik menjadi sahabat yang menemani keseharian mereka yang setia untuk mendengarkan rintihan - rintihan penderitaan mereka di kala itu. Pada saat itu, masyarakat Afro-Amerika yang merupakan ras kulit hitam sangat dianggap rendah oleh masyarakat kulit putih yang menganggap keberadaan mereka hanyalah untuk bekerja untuk mereka dan tidak lebih tinggi posisi sosialnya dibandingkan orang - orang kulit putih. Kondisi seperti inilah yang memicu lahirnya sebuah karya seni sebagai simbol perlawanan mereka terhadap rasisme di kala itu dengan lahirnya beberapa karya musik di saat itu. Melalui seni lah mereka ingin membuktikan bahwa mereka adalah orang - orang bisa berkarya dan akhirnya membuahkan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan musik modern dunia. Tak hanya itu, hampir sejalan dengan musik blues, musik jazz juga hadir di saat suara - suara kaum minoritas kaum Afro Amerika di kawasan New Orleans tidak mendapatkan tempat dan dianggap tidak berharga oleh masyarakat mayoritas kulit putih. Banyak sekali karya - karya seni kaum Afro-Amerika melalui musik blues dan jazz yang menggambarkan kondisi sosial mereka dan suara - suara perlawanan mereka terhadap ketidakadilan. Salah satunya adalah lagu “Strange Fruit” yang memiliki lirik bernuansa kritis terutama yang berkaitan dengan masalah rasisme di Amerika. Lagu ini terinspirasi dari sebuah foto Lawrence Beitler yang menggambarkan pembunuhan dengan cara digantung terhadap dua orang pria kulit hitam bernama Thomas Shipp dan Abram Smith. Strange Fruit mencoba menggambarkan seorang kulit hitam ibarat buah yang aneh yang harus disingkirkan karena berbahaya dan menakutkan. Lagu ini tentunya menyebabkan pengaruh yang sangat meluas dalam menumbuhkan gerakan anti rasisme dunia dan menjadi salah satu lagu paling berpengaruh di dunia, dan penyanyinya yaitu Billie Holiday dinobatkan menjadi salah satu diva penyanyi jazz terbesar sepanjang masa, bersanding dengan Sarah Vaughan dan Ella Fitzgerald. Selain Blues dan Jazz, ada juga genre musik 'Rhythm and Blues' (R ‘n B) yang juga memiliki spirit yang sama sebagai media dalam menyampaikan pesan - pesan kritik sosial khusunya isu - isu rasisme. Dan dari musik ini pula lah lahir genre musik baru seperti musik 'Rap' atau yang saat ini dikenal dengan nama 'Hip Hop' yang cara bernyanyinya terinspirasi dari cara seorang demonstran dalam menyuarakan orasinya, maka dari itulah kenapa musik rap memiliki cara bernyanyi seperti orang yang sedang berorasi dan terkesan tanpa nada, tapi tetap memiliki harmonisasi dengan musiknya. Salah satu band kritis yang bernuansa 'HipHop Rock' adalah Rage Againts The Machine (RATM), band ini dikenal sangat aktif dalam menyuarakan pesan - pesan kritik sosial dan politiknya melalui lirik - lirik lagu yang mereka hasilkan.
Dengan spirit yang sama pula, ada jenis musik rakyat Amerika yang disebut dengan musik 'Folk' yang banyak bercerita tentang kisah - kisah masyarakat pinggiran. Salah satu musisi folk yang terkenal adalah Bob Dylan yang sangat dikenal dengan lirik - lirik yang mengandung spirit pemberontakan dan kisah - kisah yang mengandung makna sosial, salah satu lagunya yang sarat makna yaitu lagu “Like A Rolling Stone” yangmana mengajarkan bagaimana seharusnya kita hidup harus dengan komitmen dan arah yang jelas, bukan ibarat batu yang bergulir tanpa arah yang jelas dan hanya mengikut pada arus, bagi Dylan sebagai penulis lagu ini, kita sendiri lah yang punya kendali atas arah hidup kita dan jangan terikut dengan arus, dan kalaupun pemberontakan itu diperlukan sebagai bentuk konsistensi kita dalam memegang prinsip hidup kita, apa salahnya? karena itu adalah suatu bentuk kebebasan atas jalan yang kita pilih dan tentunya kita tanggung jawabi . Seperti yang pernah Dylan katakan juga dengan spirit yang sama “a hero is someone who understands the responsibility thats comes with his freedom” yang berarti “pahlawan adalah seseorang yang mengerti tanggung jawab yang datang dengan kebebasannya”. Akhirnya dengan muatan lagu yang sangat bermakna dan memiliki pengaruh tersebut, pada November 2004, Majalah Rolling Stone menobatkan lagu ini sebagai lagu terhebat sepanjang masa.
Selain itu, perlawanan melalui musik juga disampaikan oleh John Lennon melalui salah satu karyanya yaitu lagu “Imagine”. Dalam lagu tersebut Lennon mencoba untuk mengungkapkan mimpinya dalam mewujudkan masyarakat tanpa adanya sekat – sekat sosial seperti agama, negara dan kepemilikan pribadi. Setidaknya lagu ini cukup berpengaruh dalam membentuk paradigma masyarakat dalam melihat realitas sosialnya, dan banyak pihak yang menduga bahwa musik ini sarat muatan sosialisme marxis karena memiliki kemiripan dengan beberapa poin dalam 'Manifesto Komunis', walaupun pada akhirnya Lennon sendiri mengungkapkan bahwa dia tidak berusaha untuk menanamkan ideologi tersebut dalam lagunya tersebut dan tidak menganutnya. Hanya saja ia beralasan bahwa karya tersebut tidak lebih adalah bentuk penyampaian pesan sosialnya dan penolakannya terhadap perang, terutama perang di Vietnam. Lagu ini kemudian oleh majalah Rolling Stone dinobatkan menjadi salah satu lagu terbaik sepanjang masa.
Untuk konteks Indonesia sendiri, salah satu musisi yang memiliki jenis musik serupa yaitu Iwan Fals, yangmana masih aktif dalam menelurkan karya - karya musik yang sarat akan pesan bernuansa kritik sosial dan bercerita mengenai lika liku kehidupan masyarakat pinggiran. Beberapa diantaranya adalah lagu 'Bongkar' yang bermuatan kritik sosial terhadap penindasan terhadap kaum tertindas dan suara - suara rakyat yang menginginkan keadilan dalam penegakan hukum tanpa pandang bulu. Dan majalah rolling stone kemudian menobatkan lagu ini sebagai lagu terbaik sepanjang masa di Indonesia. Tidak hanya lagu 'Bongkar', banyak lagu - lagu lainnya yang beliau hasilkan yang juga memiliki spirit yang sama dalam menentang ketidakadilan, beberapa diantaranya yaitu lagu 'demokrasi nasi', 'wakil rakyat', 'Oemar Bakrie', 'Sore Tugu Pancoran', dll. Selain itu ada Franky Sahilatua yang juga turut mengambil bagian dalam menyuarakan aspirasi sosialnya melalui lagu, banyak karya - karya yang ia hasilkan bercerita tentang kehidupan sosial di masyarakat dan nasionalisme, kemudian beliau juga turut aktif dalam gerakan sosial pada masa peralihan orde baru ke reformasi. Salah satu lagunya yang terinspirasi dari gerakan sosial yaitu lagu “Di Bawah Tiang Bendera” yang mengambil tema peristiwa 27 Juli yangmana pada waktu itu telah terjadi kerusuhan di Jakarta yang mengakibatkan banyak kerusakan pada saat itu dan beberapa aktifis yang diduga terlibat ditangkap oleh aparat keamanan. Kemudian ada lagu “Orang Pinggiran” yang menceritakan tentang nasib masyarakat pinggiran di Indonesia yang sangat memprihatinkan, dimana kedua tersebut dinyanyikan bersama Iwan Fals.
Sedikit banyaknya seperti itulah peranan musik dalam perkembangan sejarah sosial selama ini yang tidak hanya berperan sebagai media hiburan semata, akan tetapi juga turut ambil bagian dalam menyuarakan spirit perlawanan mereka terhadap ketidakadilan dan penindasan. Seperti yang penulis kutip dari salah satu film yang bertemakan tentang musik “The School Of Rock”, disitu Mr. Scenebly aka Mr.S seseorang yang menyamar sebagai guru di sebuah sekolah ketika bercerita tentang musik rock kepada murid – muridnya memaparkan bahwa musik rock hadir dan juga bisa musnah ketika musuhnya yang ia sebut “The Man” menghampirinya, ‘The Man’ yang dimaksud bisa jadi berbentuk penguasa, pengusaha (pemilik modal), negara bahkan sekolahmu sendiri. Dan sepertinya, apa yang disampaikan oleh Mr. S ada benarnya juga, bagaimana menurut anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H