COD (Chemical Oxygen Demand)
COD merupakan analisis untuk mengukur jumlah total oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi seluruh bahan organik di air. Nilai COD dapat meningkat jika kadar bahan organik di air meningkat. Nilai COD dapat berfungsi untuk mengestimasi nilai BOD.
Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd 1988 in Effendi 2000). Analisis COD cocok dilakukan pada air dengan kandungan selulosa, lignin, tanin, fenol, polisakarida, benzena, dan senyawa kompleks lainnya.
Prinsip pengukuran COD adalah adanya kenyataan bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O dengan bantuan kalium dikromat (K2Cr2O7) selaku oksidator kuat dalam suasana asam, sehingga diperkirakan 95-100% bahan organik dapat dioksidasi. Namun terdapat beberapa senyawa kompleks, seperti piridin, yang bersifat volatile sehingga sulit dioksidasi menggunakan metode ini.
Adapun teknik pencegahan terjadinya penguapan bahan-bahan volatile adalah dengan memanfaatkan metode refluks. Pada metode ini air sampel dapat dididihkan tanpa kehilangan bahan-bahan mudah menguap.
Nilai COD pada perairan tidak tercemar umumnya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200 mg/L, dan pada limbah industri bisa mencapai 60.000 mg/L (UNECO/WHO/UNEP 1992 in Effendi 2000). Analisis COD dianggap paling baik dalam menggambarkan bahan organik, baik yang mudah maupun yang sukar didekomposisi secara biologis.
Metode analisis COD :
- Siapkan 2 tabung reaksi masing-masing diisi 2,5 Ml air sampel
- Tambahkan 1,5 Ml digest solution (low atau high)
- Tambahkan 3,5 Ml (H2SO4 + Ag2SO4) lalu Vortex
- Panaskan pada suhu 150 derajat celcius di COD reactor selama 2 jam, lalu dinginkan
- Jika muncul endapan, sentrifuse selama 5 menit
- Uji spektro pada 420 nm (low) dan 600 nm (high)
- Catatat nilainya
- Khusus untuk sampel air laut, sebelum dianalisis perlu ditambahkan serbuk merkuri Sulfat hingga terbentuk endapan sempurna
Total-N
Nutrien adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau proses fisiologi organisme. Nutrien yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton adalah N dan P (Risamasu dan Prayitno 2011 in Putri et al. 2014). Nitrogen dan fosfor yang merupakan makro nutrien, keduanya mempunyai manfaat sebagai nutrien pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton (Suthers dan Rissik 2008 in Putri et al. 2014).
Nitrogen merupakan kandungan dari protoplasma dan dibutuhkan fitoplankton untuk mensintesis protein. Nitrogen tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik dan harus mengalami fiksasi terlebih dahulu menjadi N anorganik, yaitu amonia (NH3), amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-).
Sumber TN dan TP di perairan berasal dari luar perairan di antaranya melalui masukan air tawar dari sungai, industri, dan pengolahan pertanian (Yanagi 1999 in Alianto et al. 2016). Selain itu, sumber TN dan TP juga berasal dari dalam perairan itu sendiri di antaranya melalui produksi regenerasi dan produksi baru (Lalli dan Parsons 1995; Davies et al. 2004 in Alianto et al. 2016).