Lihat ke Halaman Asli

Kesadaran Kemanusiaan yang Makin Menipis

Diperbarui: 29 November 2018   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita sebagai makhluk hidup tentunya semua memiliki hak yang melekat pada diri kita semua, yaitu Hak Asasi Manusia atau sering disebut HAM. Jika kita tidak memiliki HAM, tentunya kita tidak dapat hidup sebagai manusia. Hak ini didapat bukan karena pemberian dari masyarakat atau negara, tetapi hanya semata-mata karena kita manusia. 

Hak asasi diperoleh oleh manusia dari sang pencipta sendiri, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, HAM bersifat universal yang berarti hak tersebut berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.

Seperti yang sudah kita ketahui sejak dulu, pada setiap hak pasti melekat suatu kewajiban pula. Karena itu, selain ada hak asasi manusia, kita juga harus melakukan kewajiban kita, yaitu saling menghormati, memperhatikan, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh orang lain pula. 

Jika kita ingin hak asasi kita dianggap dan dihargai, maka kita pun harus menghargai hak asasi orang lain pula. Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak--hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrat yang melekat pada diri manusia.

Meskipun begitu, seringkali kita pun menemukan berbagai perilaku yang merendahkan martabat manusia yang berarti mengabaikan hak asasi yang dimiliki oleh orang tersebut. Salah satu peristiwa terbesar yang pernah terjadi yaitu saat kejadian Tragedi 1998. Tragedi 1998 merupakan kejadian dimana banyak sekali orang yang bertindak semena-mena terhadap hak asasi manusia. Dalam peristiwa ini, banyak manusia yang ditindas, dilecehkan, hingga banyak korban berjatuhan.

Awal mula semua kejadian Tragedi 1998 ini dipicu dengan adanya krisis ekonomi di Asia yang ada kritik terhadap pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Lalu pada 12 Mei 1998 beberapa mahasiswa Universitas Trisakti melakukan demonstrasi yang menuntut Soeharto supaya turun dari jabatannya sebagai presiden. 

Tetapi hal tersebut tidak ditanggapi dengan baik oleh pemerintahan dan aparat negara pun harus menembakkan peluru tajam guna membubarkan demo tersebut yang akhirnya mengenai 4 orang mahasiswa yang mengakibatkan mahasiswa tersebut terbunuh. Setelah itu, langsung disusul dengan penindasan, pembunuhan bahkan pemerkosaan rakyat etnis Tionghoa. 

Hal ini disebabkan karena saat itu banyak orang yang memprovokasi masyarakat dengan mengatakan bahwa rakyat keturunan Tionghoa lah yang menyebabkan krisis moneter dan menyebabkan rakyat Indonesia sengsara dan kelaparan. Sehingga, rakyat pribumi yang sedang mengalami krisis moneter tersebut dengan mudahnya percaya dan mereka pun dengan mudah ikut menindas, membunuh, bahkan memperkosa rakyat yang merupakan keturunan Tionghoa.

Menurut saya sendiri, peristiwa tersebut sangatlah tidak pantas dan juga sangat menyimpang dari sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Seharusnya pada saat demo mahasiswa Trisakti, aparat negara tidak perlu menembakkan peluru tajam yang mengakibatkan adanya korban jiwa. Sedangkan meskipun ada krisis moneter yang katanya disebabkan oleh para etnis Tionghoa, tetap tidak seharusnya rakyat yang berketurunan Tionhoa ditindas dan dibunuh. Sebab hal itu sangat menyimpang dari hak asasi yang dimiliki oleh manusia. 

Kita sebagai warga Indonesia yang memiliki berbagai budaya dan etnis tidak boleh membeda-bedakan satu sama lain, apalagi membunuh satu sama lain. Jika memang benar rakyat keturunan Tionghoa yang menyebabkan krisis moneter, cara rakyat pribumi menanggapi pun tetap saja salah, mungkin saja orang-orang pribumi dapat bekerjasama dengan rakyat Tionghoa sehingga dapat menciptakan perekonomian yang maksimal.

Berdasarkan kejadian yang terjadi pada saat itu, dapat disimpulkan bahwa meskipun kita memiliki HAM, mungkin tidak semua orang ingat akan hal itu. Sehingga mereka melupakannya dan melakukan penyimpangan terhadap HAM tersebut. Tetapi semoga kedepannya di Indonesia keberadaan HAM lebih ditegakkan dan juga orang yang melanggar HAM pun diberi sanksi yang tegas, sehingga, Indonesia dapat menjadi negara yang adil dan rakyat pun akan merasa aman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline