Lihat ke Halaman Asli

Untuk yang merasa tampan dan cantik

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1297164581483964959

Memiliki paras yang menawan merupakan dambaan setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan. Eloknya rupa seseorang ditentukan oleh perpaduan antara rupa Ayah dan Ibunya, namun bisa juga dari Kakek dan Nenek. Jika kedua orangtuanya sama-sama memiliki wajah yang rupawan, maka tentu anaknya kelak akan memiliki wajah yang rupawan pula, jika kedua orangtuanya sama-sama berwajah pas-pasan, maka kelak sang anak juga mempunyai tampang pas-pasan. Rupa yang “cute” merupakan suatu anugrah yang telah diberikan Tuhan kepada kita untuk bersyukur kepada-Nya, karena tidak semua orang memiliki wajah yang rupawan. Namun perlu diingat satu hal, jangan jadikan ketampanan dan kecantikan itu sebagai media untuk menyombongkan diri terhadap sesama manusia, karena tampang imut yang kamu punya itu bukanlah milik kamu pribadi, tapi adalah kepunyaan Allah, yang telah menciptakan kamu kedunia. [caption id="attachment_88062" align="alignnone" width="388" caption=""][/caption] Contoh sikap menyombongkan diri terhadap kecantikan/ketampanan yang dimiliki, misalnya : Menghina orang lain dengan mengejek-ngejek anggota tubuhnya yang tidak sempurna/jelek ( contoh : hidung pesek ). Contoh lain : Jika ditegur seseorang yang hendak berkenalan, dan Ia cuek diam saja, padahal orang hanya ingin berkenalan, tidak bermaksud jahat. Untuk kamu yang merasa tampan dan cantik, keelokan rupa kamu bukanlah abadi selamanya, karena takdir dan waktu tidaklah diam, tapi berjalan, janganlah gunakan kelebihan yang kamu miliki untuk bersombong diri dan angkuh terhadap orang lain, karena semua itu hanya sesaat dan bukan milik kamu, sebelum yang Punya mengambilnya dari kamu, Jadi bersyukurlah dan hilangkan dari sekarang perasaan sombong dan merasa “lebih tinggi” itu. Jadilah seorang rupawan yang disenangi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline