Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Kata Sang Anak “Liburannya Kurang Panjang”

Diperbarui: 6 Januari 2017   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anak-anak identik dengan keceriaan, bermain dan bebas. Mereka seperti kertas putih yang masih polos. Jika ingin melihat mereka tumbuh dengan baik, sebaiknya sebagai orang disekeliling mereka,  kita harus memberikan waktu yang berkualitas, dengan memperbolehkan mereka bermain, mengembangkan diri dan memilih cita-cita mereka dengan bebas, namun harus tetap membimbingnya supaya tidak melenceng dari koridor yang seharusnya.

Kasus anak usia sekolah TK sampai SMP yang belakangan ini saya temui di sekeliling saya yaitu, anak-anak yang kurang patuh kepada orang tua mereka. Mereka tidak mendengarkan apa yang orang tua mereka nasehatkan, bahkan mereka berani menjawab jika orang tua mereka sedang menasehati dengan nada yang agak tinggi. Di sekolahpun, mereka agak susah mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru mereka, jangankan nilainya memuaskan, tanggap dengan pentingnya sekolah saja sangat kurang. Sekolah hanya bagaikan formalitas jaman modern, bukan suatu kebutuhan.

Sangat berbeda dengan keadaan anak zaman dahulu. Kebanyakan anak-anak zaman dahulu sangat menghormati orang yang lebih tua, siapapun orang tua tersebut walaupun bukan orang tua kandungnya sendiri. Jika disuruh, pasti mematuhi perintah orang tua tersebut. Bahkan jika dilirik saja, anak-anak zaman dahulu sudah takut. Jika di sekolah, ketika guru sudah datang memasuki wilayah sekolah, anak-anak berebut membawakan sepeda dan bawaan guru seperti tas atau buku yang sedang guru itu bawa. Namun zaman sekarang? Kebanyakan anak-anak acuh tak acuh dengan hal tersebut.

Kasus tersebut diakibatkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi, seperti faktor keluarga, sekolah dan lingkungan.

Di dalam lingkup keluarga, semua anggota keluarga harus saling menghormati dan menyayangi. Supaya mereka tumbuh dengan kasih sayang dan kepekaaan terhadap anggota kelurga yang lain. Kasus yang saya temui, orang tua terlalu sibuk dengan kerjaan masing-masing dan hanya menuntut anak mereka sekolah dengan pintar, hasilnya mendapat nilai sempurna, tanpa mengikuti proses belajar mereka walaupun hanya membimbing dirumah. Orang tua menyerahkan kewajiban mereka kepada lembaga bimbingan belajar, dengan berbagai alasan, misalnya tidak punya waktu membimbing, anaknya tidak mau diatur dan tidak bisa membimbing belajar. Padahal dengan menyerahkan anak mereka ke bimbingan belajar dan membiayainya, kewajiban orang tua untuk mencerdaskan anaknnya tidak gugur begitu saja, paling tidak mereka mengikuti proses belajar mereka dan mengetahui perkembangan mereka supaya anak idak acuh tak acuh mengikuti sifat mereka.

Di lingkungan sekolah, sebaiknya sistem pendidikan disesuaikan dengan perkembangan anak, jangan dipersulit, sesuaikan dengan porsi umur mereka. Kasus yang saya temui, beberapa anak-anak belum bisa membaca saat masuk kelas 1 SD, sampai-sampai orang tua mereka bertanya, “apa guru SD sekarang sudah tidak mau mengajar membaca ya Mbak? Kenapa masuk SD harus ada ujian membaca? Kasihan anak-anak yang belum lancar membaca dan ingin masuk SD favorit tersebut harus masuk SD yang kualitasnya tidak sebaik SD favorit hanya karena belum bisa membaca”.

Pada kasus anak SMP, mereka harus mempelajari semua pelajaran, dan harus mendapat nilai yang diatas rata-rata semua. Berbeda dengan sekolah di luar negeri, yang beberapa SMP sudah menyedikan sekolah jurusan, apa minat mereka, disitulah mereka belajar. Tak jarang anak SMP mengeluh dengan beberapa pelajaran yang mereka rasa sulit, bahkan mereka ingin menghindari pelajaran tersebut. Sebaiknya sistem pendidikan Indonesia banyak-banyak belajar dari sistem pendidikan luar negeri yang sudah terstruktur dengan baik supaya anak belajar dengan senang dan sadar.

Faktor-faktor tersebut tidak lepas dari kepribadian anak tersebut. Ada anak orang sibuk dan anak yang sekolah di sekolah yang fasilitasnya kurang bagus, tapi anak tersebut tetap saja berhasil dengan pribadi dan prestasinya yang bagus. Maka dari itu supaya anak tumbuh berkualitas, tidak hanya ingin berlibur saja, seharusnya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat harus kondusif, tetap menyenangkan bagi anak, tapi tetap mengandung unsur mendidik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline