Lihat ke Halaman Asli

Di Malioboro, Banesa Tersesat di Jalan yang Benar

Diperbarui: 21 September 2015   01:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Para Personil Banesa sedang sibuk berlatih"                 

Salah satu icon dari kota Yogyakarta, Malioboro, menjadi tempat bernaung para pekerja, seniman, wisatawan, dan penduduk sekitarnya. Bahkan, jika ada seseorang yang baru pertama kali mengunjunginya, bisa dipastikan ia akan berhenti sejenak menikmati akulturasi Malioboro yang sayang jika ia sampai melawatkannya. Dari investor, pengusaha, karyawan, seniman, bakul, tukang becak, tukang andong, bahkan beberapa komunitas sering berjubel di sepanjang jalan Malioboro. Yang mendominasi usaha di Malioboro yaitu lapak-lapak bakul baju, celana, sandal, tas, dompet, kerajinan tangan, juga berbagai makanan, yang tentunya semua itu khas kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Lapak-lapak tersebut berderet memanjang sejajar jalan malioboro, yaitu dari rel stasiun tugu sampai lampu merah di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret atau bisa juga disebut Titik Enol (0) Kilometernya Daerah Istimewa Yogyakarta. Barang yang diperjualbelikan di lapak-lapak emperan toko tersebut kebanyakan bisa ditawar, pintar-pintarlah menawar barang, jangan sampai mengecewakan orang lain, bahkan dirimu sendiri.

Jika ditilik dari segi seniman, banyak seniman yang bisa kita temui di Malioboro, ada seniman pemakai boneka (doraemon, masha, boboyboy), ada seniman berkostum (pahlawan, prajurit, hantu), ada penari ganong (topeng yang biasanya seram, mata melotot, dan biasanya digunakan untuk pertunjukan tari Jathilan), dan juga tak jarang ada para seniman atau komunitas yang beraksi di titik-titik Malioboro, mereka mempertunjukkan kebudayaan komunitas mereka misalnya dari Provinsi Lombok, mereka pernah mempertunjukkan tari Perisaian.

Jika kamu beruntung,sepanjang jalan Malioboro yang melintang dari utara ke selatan, di satu titik kamu akan menemukan komunitas atau para seniman pemusik angklung, gambang, calung, dan alat music tradisional lainnya yang berkolaborasi dengan beberapa kendang yang sudah dimodifikasi, bahkan terlihat seperti handmade. Mereka menyebut identitas mereka dengan nama BANESA “BAreng NEkat SAma-sama”.

Malioboro menjadi salah satu tempat yang mereka gunakan untuk menyalurkan hobi musik mereka, yang biasanya berupa campursari, dangdut, juga lagu-lagu Wali Band yang sering mengajak tubuh penikmat musik Banesa ikut bergoyang. Selain menyalurkan hobi, ada tujuan lain yang mereka ingin capai, yaitu menghibur wisatawan asing dan wisatawan domestic untuk lebih menikmati liburan mereka di Malioboro, yang tak jarang dari niat tulus mereka tersebut, mereka juga mendapatkan rejeki yang in sha Allah Hallal.

Banesa beruntung bisa menjadi salah satu komunitas seniman yang mempunyai simbiosis mutualisme dengan Malioboro. Walaupun pertunjukan mereka tidak terlalu lama, yaitu kurang lebih sesudah isya sampai pukul 22.00, mereka sudah menarik perhatian para penikmat musik. Buktinya, waktu saya berdialog dengan salah satu koordinator Banesa pada malam Minggu kemarin (21/09/2015), beliau mengutarakan bahwa Banesa sedang sibuk melakukan latihan, karena 4-5 hari kedepan akan mulai banyak orderan manggung lagi di beberapa titik di Yogyakarta. Pastinya banyaknya orderan karena adanya embel-embel Malioboro, Banesa Tersesat di Jalan Malioboro yang Benar.

Jika dilihat dari penampilan fisiknya, Banesa cukup terorganisir. Mereka selalu berpenampilan sama, misalnya memakai baju berwarna sama dan walaupun sangat jarang ada penyanyinya, mereka selalu bernyanyi bersama sambil memaikan instrument mereka masing-masing. Jika sedang main di Malioboro, biasanya mereka menampilkan diri di depan Matahari Store, dibarat jalan Malioboro. Mereka selalu menampilkan pertunjukan musikalisasi angklung, gambang, calung, kandang dan beberapa alat musing tradisional lainnya dengan semaksimal mungkin. Sesuai dengan nama mereka BAreng NEkat SAma-sama, di Malioboro menyesatkan diri dijalan yang benar, dengan menghibur sesama penikmat music tradisional Indonesia.

Salam Budaya Yogyakarta, Indonesia …

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline