Lihat ke Halaman Asli

Korelasi Antara Sistem Saraf Pusat dengan Proses Kognitif Anak dalam Proses Learning

Diperbarui: 7 Maret 2021   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Berpikir merupakan kemampuan yang tak jarang kita lalui dalam berkehidupan, bahkan hanya sekedar memilih makanan, perlu kemampuan untuk berpikir agar makanan yang kita pilih enak dan sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Atau bahkan permasalahan yang lebih rumit sehingga membuat kita berpikir lebih keras dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Bermula dari sistem saraf pusat yang terdiri dari saraf tulang belakang dan susunan otak, yang didalamnya terjadi sebuah proses pengolahan informasi. Dalam otak manusia disusun oleh berjuta-juta sel neuron. Neuron sebagai dasar pembentuk sistem saraf pusat yang bertugas sebagai sel khusus yang menyebarkan informasi pada sistem saraf.  

Struktur neuron terdiri atas Dendrit, Tubuh sel,  Akson dan Terminal prasinaptik yang memiliki fungsi tertentu. Dendrit sebagai penerima implus neural, Tubuh sel yang menjaga neuron dasar seperti menyaring nutrisi, Akson sebagai penghubung antar sel dan Terminal prasinaptik yang akan membentuk sinapsis. 

Di dalam Sinapsis terjadi pertukaran dari neuron satu ke neuron lain (neurotransmitter).  Perlu kita ketahui bahwa  aktivitas elektrokimiawi setiap hari terjadi didalam otak manusia, semakin banyak neuron mendapatkan informasi maka akan berdampak besar juga dengan sel yang berhubungan pada neuorn tersebut. Oleh karena itu beberapa ilmuwan menyatakan bahwa proses berpikir manusia berlangsung di dalam aktivitas neural yang disebarkan di seluruh otak. Namun bayi yang baru lahir belum memiliki hubungan atarneuron yang lengkap dan akan bertumbuh seiring bertambahnya usia. Lalu apa saja yang ada didalam otak?

Otak manusia tersusun atas otak kanan dan otak kiri yang dilapisi oleh korteks serebral.  Korteks serebral ini sering disebut sebagai pusat kognisi , karena didalam koretks sereblal  terdapat lapisan yang tersusun oleh sel sel yang menjalankan fungsi otak ,dimana kemampuan kognisi, bahasa, dan pengolahan informasi terjadi dalam korteks serebral ini. 

Di dalam korteks serebral tersusun empat  lobus yaitu Frontal yang berfungsi sebagai pengendali perilaku, pemecahan sebuah masalah, dan tingkatan yang kompleks. Temporal sebagai lobus yang memproses pendengaran, Berbicara, dan pengenalan wajah. Parietal sebagai pemersatu dari informasi visual spasial. Sedangkan Oksispital sebagai tempat pemrosesan hal-hal visual. 

Otak dan kognisi merupakan satu kesatuan yang berkesinambungan. Oleh karena itu seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih  para ilmuwan saraf menyatukan atau belajar melalui ilmu kognisi sebagai dasar untuk menemukan struktur pikiran seperti proses psikolog penting yang mencakup bahasa, memori dan kognisi lain. Memahami karakteristik jaringan yang terdapat pada otak sehingga manusia mampu melakukan tindakan dan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari nya, sebagai korelasi antara cara kerja otak dan perilaku yang dihasilkannya.

Ilmu saraf mencakup psikologi, ilmu saraf dan pendidikan yang menyatu, dan dalam hal ini pengetahuan yang diterima oleh sistem saraf digunakan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran. Namun mengapa  pembelajaran yang kita terima itu bisa melekat? dan hal apa yang harus kita lakukan agar Pembelajaran itu bisa tetap melekat di dalam otak kita? Seperti ketika kita mengingat momen momen bahagia dalam kehidupan kita, bahkan secara detail pun kita dapat mengingatnya, apa yang kita lakukan pada saat itu, baju apa yang kita kenakan dll. 

Ilmuwan saraf menyatakan bahwa tidak ada Pembelajaran yang tidak melibatkan emosi. Otak kita akan selalu mengingat peristiwa yang didalamnya memuat emosi. Kita membutuhkan emosi untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, mempertahankan pengetahuan yang kita dapat, berpikir, memecahkan masalah, dan  fokus.  Seperti dalam sebuah kehidupan dimana setiap perilaku dan tindakan kita berdasarkan perasaan dan emosi yang kita kelola yang menghasilkan emosi positif dan negatif. Misalnya ketika kita sedang sedih maka perilaku kita terkadang menunjukkan bahwa kita sedang tidak baik-baik saja, begitupun sebaliknya. 

Saat kita dihadapkan pada sebuah masalah, kemudian berpikir matang dengan melibatkan emosi di dalam diri kita. maka dari itu dalam setiap pembelajaran di sekolah baik TK, SD bahkan sampai perguruan tinggi , Suasana kelas yang nyaman dan positif sangat diperlukan dalam hal ini, yang akan membuat anak bisa termotivasi dengan baik dalam belajar. Motivasi bisa berasal dari ekstrinsik (luar) atau intrinsik (dalam) . Ketika anak mendapat motivasi dari luar berupa hadiah, namun setelah anak mendapatkannya   maka akan hilang lagi motivasinya, jadi motivasi instrinsik lebih dibutuhkan. 

Emosi dan dorongan yang positif  akan merangsang dan memupuk motivasi yang datang dari dalam. Disisi lain anak sendiri yang bertanggungjawab dalam mengelola hal tersebut, namun pada anak usia dini diperlukan arahan dan stimulus yang tepat karena anak yang takut akan kegagalan, kesalahan, dan takut  dianggap bodoh akan membendung hal negatif didalam pikirannya sehingga menghambat perkembangannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline