Lihat ke Halaman Asli

Fatur Ramadhan

UIN SUSKA RIAU

Struktur Lahan Kabupaten Agam setelah di Terjang Galodo

Diperbarui: 24 Juni 2024   23:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Banjir bandang dan lahar dingin yang melanda tiga daerah di Sumatera Barat pada Sabtu (11/5) lalu disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi di wilayah hulu Gunung Marapi. Ketiga daerah yang terkena dampak adalah Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang, yang mengakibatkan kerusakan pada bendungan, saluran irigasi, jalan, lahan pertanian, fasilitas umum, serta korban jiwa.

Universitas Andalas telah mengirim tim Pusat Studi Bencana dan Pusat Tanggap Darurat untuk memetakan dampak bencana baik secara fisik maupun non-fisik. Tim tersebut terdiri dari Prof. Febrin Anas Ismail, Prof. Abdul Hakam, Prof. Fauzan, Prof. Bambang Istijono, Gusti Sumarsih, M.Biomed, Mohd Jamil, M. Biomed, Ns. Mahathir, Ns. Zafitra Patriotga, dan Yenny Narny, Ph.D.

Prof. Febrin menjelaskan bahwa penyebab banjir bandang antara lain tumpukan material pohon tumbang di lembah sungai hulu Batang Anai yang membentuk bendungan alam, getaran gempa vulkanik Gunung Marapi, dan curah hujan lebih dari enam jam, yang menyebabkan runtuhnya bendungan alam. Kemiringan dasar sungai Batang Anai yang terjal juga berkontribusi terhadap kecepatan air yang tinggi, serta penyumbatan di daerah jembatan dan penyempitan alur sungai.

Selain itu, loncatan air atau overtopping pada alur sungai yang berkelok dan pengendapan material angkutan yang mengurangi kapasitas alur sungai serta banyaknya bangunan di pinggiran sungai turut menjadi faktor. Material erupsi Gunung Marapi diperkirakan telah mencapai 300 ribu meter kubik, sebagian menumpuk di hulu sungai dan berpotensi menyebabkan banjir lahar dingin.

Banjir bandang dan lahar dingin ini telah mengakibatkan setidaknya 67 jiwa meninggal, ratusan rumah rusak berat atau sedang, dan lahan pertanian rusak tertimbun lumpur dan kayu. Prof. Febrin bersama tim mengusulkan solusi seperti pembangunan sabo-dam di hulu sungai, pengontrol kemiringan dasar sungai, pengembalian fungsi jalan nasional, dan peraturan tentang sempadan sungai Batang Anai. Juga penting untuk menyusun Rencana Aksi (Renaksi), rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas umum, serta penguatan masyarakat tanggap bencana.

Selain itu, tim tanggap darurat yang diketuai oleh Gusti Sumarsih, M.Biomed juga memberikan layanan medis dengan mobil klinik dan kegiatan trauma healing di tempat pengungsian. Rektor Universitas Andalas, Efa Yonnedi, Ph.D., menyampaikan duka cita mendalam atas bencana ini dan mengajak untuk saling mendukung serta mendoakan agar tanah air tercinta dijauhkan dari bencana. Universitas Andalas siap membantu dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana, termasuk pemulihan ekonomi dan fasilitas umum yang terdampak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline