Lihat ke Halaman Asli

FATTAH AR ROOFINATA

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Suhu Meningkat, Kesadaran Menurun: Telaah Mendalam Menggunakan Imajinasi Sosiologi C Wright Mills

Diperbarui: 3 Desember 2023   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alfamart tempat saya singgah dulu.

Saat itu siang hari saya sedang bersama dengan teman saya mampir di Alfamart untuk rehat saat tengan melakukan perjalanan, dia membeli beberapa makanan ringan dan minuman bersoda. Kami berdua memakan snack dan meminum minunam di kursi depan Alfamart sambil membicarakan beberapa hal. Diantara berbagai hal yang kami bicarakan, teman saya mengeluh betapa panasnya siang ini. Saya hanya menjaawab keluhan teman saya itu dengan sekedarnya karena saya juga merasakan hal yang sama. Rehat dirasa cukup saya dan teman saya mulai bersiap pergi. Saya menuju ke motor duluan sedangkan teman saya masih membereskan beberapa bekas plastic snack, saya melihatnya dia membuang sampah plastic itu tidak pada tempatnya, dia membuang sampah plastiknya di pojokkan bangunan yang juga disana Nampak banyak tumpukan sampah plastic.

Di lain waktu saya dengan beberapa teman saya bersantai di pinggir kali ditemani dengan kopi instan botol yang kami beli Ketika dalam perjalanan menuju lokasi. Kami menikmati sore dan membincangkan berbagai macam hal. Sama dengan kasus pertama tadi teman saya mengeluh betapa panasnya suhu Ketika siang hari teman saya yang satunya juga menyeetujui akan hal itu, saya juga menyapakatinya saja. Adzan magrib berkumandang kami memutuskan untuk mengakhiri aktivitas ini saya. Sesaat sebelum beranjak saya melihat ketiga teman say aini melempar plastik botol kopi itu kesungai dengan sangat mudahnya.

Saat ini Ketika saya memikirkan Kembali peristiwa-peristiwa tesebut saya jadi berpikir bahwa ketidaksadaran beberapa teman saya mengenai keluhan akan suhu yang terasa panas adalah buah dari perilaku mereka sendiri. Dan apakah ini juga di lakukan oleh banyak masyarakat. Jika itu benar adanya maka kita dapat melihat peristiwa ini dengan menggunakan teori imajinasi sosiologis yang dikemukakan oleh  C.Wright Mills.

Charles Wright Mills, atau lebih dikenal sebagai C. Wright Mills, lahir pada 28 Agustus 1916, di Waco, Texas, Amerika Serikat, dan meninggal pada 20 Maret 1962. Mills adalah seorang sosiolog dan kritikus sosial yang sangat berpengaruh pada abad ke-20. Ia mendapatkan gelar doktor dalam bidang sosiologi dari Universitas Wisconsin pada tahun 1942. Pemikiranya mengenai imajinasi sosiologi memiiki pengaruh dari Robert K Merton. Konsep disfungsi sosial dari Merton berkontribusi pada pemikiran Mills tentang bagaimana masalah personal dapat dihubungkan dengan masalah sosial yang lebih besar. Mills membawa ide ini ke dalam konsep imajinasi sosiologis.

Setelah membaca tulisan AW Pranata yang berjudul "Dilema Etis Kesadaran Para Intelektual Dalam Perlawana Anti Korupsi Perspektif teori soisologi Imajinasi C. Wright Mills", saya memahami Imajinasi sosiologi adalah sebagai suatu cara dalam melihat suatu permasalahan yang dialami individu sebagai bagian dari pola-pola sosial yang lebih besar, hingga memungkinkan mereka untuk melihat secara lebih luas hubungan antara kehidupan pribadi dan konteks sosial yang lebih besar. Jika kita lihat peristiwa yang saya alami melalui lensa sosiologi imajinasi mungkin kita akan menemukan beberapa hal yang menarik. Jadi mari coba kita kaji peristiwaa ini dengan menggunakan imajinasi sosiologi.

Dalam konteks ketidaksadaran teman-teman terkait perilaku mereka lah yang sebenarnya menyebabkan mereka mengeluhkan suhu yang terasa panas, imajinasi sosiologis memandu kita untuk memahami keterkaitan yang dalam dengan norma-norma sosial. Seperti banyak individu lainnya, mereka mungkin secara tak sadar telah teerperangkap dalam norma sosial yang menganggap wajar penggunaan plastik sekali pakai dan perilaku sembrono dalam membuang sampah. Di tengah klompok sosial mereka, tindakan ini mungkin diterima sbagai bagian dari rutinitas sehari-har. 

Dalam konteks ini, imajinasi sossiologis mengungkapkan bahwa perilaku individu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pribadi, tetapi juga oleh pengaruh atas norma-norma yang ada dalam lingkungan sosialnya. Melalui pemahaman ini, kita dapat melihat bahwa perubahan perilaku tidak hanya membutuhkan kesadaran individu, tetapi juga  harus ada penyesuaian norma-norma yang membentuk tindakan masyarakat.

Itulah yang dapat saya temukan dalam melihat peristiwa yang saya alami dengan lensa sosiologi imajinasi C. Wright Mills. Dalam merenungkan pengalaman pribadi melalui lensa imajinasi sosiologis, saya menyadari bahwa realitas pribadi dan permasalahan sosial selalu terkait erat. Kacamata imajinasi sosiologis memungkinkan saya melihat lebih dari sekadar kisah pribadi, membuka pintu untuk memahami pola-pola sosial yang membentuk kehidupan kita.

Referensi :

Prananta, A. W. (2019). DILEMA ETIS KESADARAN PARA INTELEKTUAL DALAM PERLAWANAN ANTI KORUPSI,"Perspektif Teori Imajinasi Sosiologi C. Wright Mills" (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline