Lihat ke Halaman Asli

fatrisia

Penulis

Mr. Crocodylidae

Diperbarui: 26 Mei 2024   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sadarkah aku bahwa manusia berambut acak-acakan itu masih satu kelompok dengan spesies crocodylidae atau yang biasa kita sebut dengan buaya? Lalu kenapa aku bisa jatuh cinta padanya! Benar kata Pipit, temanku, sepertinya aku sedang menjilat ludah sendiri. 

Ini semua bermula dari satu minggu sejak kami datang ke desa perbatasan untuk KKN. Aku sebagai orang kalem dari jurusan sastra inggris ini tiba-tiba merasa aneh dengan kelakuan si buaya flamboyan atau manusia yang bernama Aldi ini. Dia anak jurusan komunikasi yang lidahnya sungguh aduhai bermain hati. 

"Dahlia, lo apa-apa harus bareng gue ya. Sampe ke pelaminan juga ayo." Aldi begitu pede-nya melempar rayuan. Sontak teman-teman mulai bercie-cie bahkan ada yang bersiul menggoda. Ya ampun! Aku bahkan hampir muntah mendengarnya. 

Tak hanya itu, suatu hari saat kami diundang ke salah satu rumah warga dalam rangka ulang tahun anak beliau---lumayan, makan gratis---Aldi kerap melempar candaan bahkan dengan enteng meminta didoakan yang terbaik untuk kami berdua. Gila! Kurasa aku bahkan belum pernah bertemu manusia se-abnormal dia. 

Dalam waktu singkat sepertinya seluruh desa ini yakin bahwa Aldi dan aku sudah terlibat cinlok (cinta lokasi). Bahkan saat kami sibuk menggalang dana untuk kegiatan selanjutnya, warga yang juga membantu ikut-ikutan menggodaku. Saat itu matahari begitu terik, kurasa wajahku sudah memerah seperti kepiting rebus dan mereka malah mengira aku baper (terbawa perasaan). Padahal aku hanya lupa pakai tabir surya. 

Apa pun itu, dengan percaya diri aku merasa tidak akan pernah jatuh cinta pada Aldi. Dia itu meskipun peduli dengan gaya berpakaian, tetap saja tidak ada gunanya karena dia malas mandi. Yup, katanya mandi bisa di-qadha biar sekalian. Mana bisa begitu! Dia bahkan kadang sok misterius. Ditanya apa jawabnya apa. Menurutku kesan cool yang ingin dia tampilkan sungguh gagal, yang ada malah terkesan sinting. 

"Dahlia, lo tau nggak sih kalau lama-lama lo bakal jatuh cinta sama Aldi?" Pipit tiba-tiba saja berceletuk. Teman cewek lainnya di kamar ini jadi ikut-ikutan juga. Ini semua karena aku terang-terangan menolak gombal receh dari Aldi dan selalu kesal padanya. 

"Dih amit-amit! Tipe gue tu yang kayak Park Bo Gum ya. Kalaupun beda jauh dari Park Bo Gum minimal rajin mandilah," bantahku. 

"Dia jarang mandi juga tetap wangi kok. Nggak kayak si Koko yang udah bau, males mandi lagi. Gue nggak sanggup dekat-dekat dia, pengen pingsan mulu rasanya." 

Obrolan itu pun berlanjut. Para cewek gemes ini sudah tidak hanya bercerita tentang Aldi, malah mulai mengeluhkan semua sikap dan sifat teman laki-laki kami yang pemalas dan suka bikin naik darah. Aku jadi penasaran apakah teman laki-laki di rumah sebelah juga ikut mengeluhkan kami perempuan yang semuanya cerewet dan suka marah-marah. 

Suatu sore saat aku sedang menyapu halaman, tiba-tiba saja Aldi dengan motornya datang mengajakku menonton pertandingan di desa sebelah yang lumayan agak jauh. Dia terus memaksa berulang kali dan akhirnya menyerah, memilih pergi sendiri setelah kutolak untuk yang kesekian kalinya. Aku pun segera mandi dan berniat bersantai setelahnya, me time soalnya malam nanti ada rapat lagi terkait agenda kami. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline