Lihat ke Halaman Asli

Hitam Putih ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Hitam Putih ASEAN Economic Community(AEC) 2015

Oleh: Fatmawati Indah Purnamasari

Delegasi Indonesia untuk JENESYS 2.0 bertemakan AEC 2015, Jepang 31 Maret-7 April 2013

Dalam beberapa menit, coba bayangkan saat ini Anda pergi ke suatu supermarket atau pasar traidisional untuk membeli beras. Sudah? Apa yang Anda lihat? Apakah kemungkinan besar dari Anda masih bisa menemukan beras Cianjur, Bogor, Depok, Jawa Tengah, dan beras-beras yang berasal dari kota-kota di Indonesia?

Nah, sekarang bayangkan kembali dalam beberapa menit, suasana 2 tahun yang akan datang, ketika Anda juga pergi ke suatu supermarket atau pasar tradisional untuk membeli beras. Apa jadinya ketika beras yang Anda temui pada hari ini, sudah tidak terlihat. Bayangkan jika di supermarket atau pasar tradisional tersebut Anda hanya menemui beras Vietnam, Thailand, Kamboja, Laos, Filipina, Malaysia, Brunei, Singapura, dan Myanmar. Apa yang hendak Anda lakukan? Lantas, mengapa bisa terjadi hal demikian? Berikut sepenggal kisah yang hendak saya paparkan. Simak ya J

Munculnya produk-produk atau jasa yang berbau negara-negara ASEAN di Indonesia sebenarnya dilatar belakangi oleh AEC yang hendak dimaksimalkan di tahun 2015 nanti. Lantas sudah tahukah kamu dengan isu terkini yang bertemakan ASEAN Economic Community (AEC) yang hendak dimanifestasikan secara penuh di tahun 2015 itu? Sebelumnya, alangkah baiknya ketika kita mengawali langkah kita dalam tulisan ini dengan pemahaman yang sama. Menurut Blueprint AEC 2015 yang dapat diunduh di www.asean.org/archive/5187-10.pdf, AEC merupakan suatu realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi seperti Visi ASEAN 2020. Pertemuan para petinggi ASEAN di Bali, Indonesia, pada Oktober 2003 silam menghasilkan suatu kesepakatan bahwa demi mencapai konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi, diperlukan suatu inisiatif baru dengan perencanaan yang jelas. Selanjutnya pada ASEAN Economic Ministers Meeting(AEM)(pertemuan Menteri Ekonomi se-ASEAN) pada Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, muncul kesepakatan untuk mengembangkan blueprint(cetak biru) yang tunggal dan koheren guna menjadi dasar pelaksanaan berbegai tindakan dalam bidang ekonomi. Pada KTT ASEAN ke-12, Januari 2007, Para pemimpin negara ASEAN sepakat untuk mempercepat pembentukan AEC pada 2015 dan mengubah ASEAN menjadi wilayah dengan pergerakan bebas terhadap barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal lain dengan lebih bebas lagi.

Konsep perdagangan bebas antar negara ASEAN tersebut selanjutnya dituntun oleh karakteristik perdagangan yang tercantum juga dalam cetak biru AEC 2015. AEC diharapkan memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) pasar tunggal dan berbasis produksi, (2) wilayah ekonomi yang kompetitif, (3) wilayah pembangunan ekonomi yang adil, dan (4) wilayah yang terintegrasi ke dalam ekonomi global. Dari 4 karakteristik tersebut, dapat kita pahami dengan sedikit berkecil hati bahwa jika saat ini kita berlaku sebagai seorang pedagang, maka kita hendak mendapatkan berbagai saingan atau kompetitor yang datang dari 9 negara ASEAN lain. Akan tetapi, jika kita sekarang adalah konsumen “sejati” yang hobi untuk berbelanja, mungkin kita akan terpuaskan dengan banyaknya pilihan barang dan harga yang relative beragam atau justru malah seragam.

Nah itu dari sisi 1. Disisi yang kedua, perlu teman-teman tahu bahwa dengan adanya AEC 2015, pergerakan barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terlatih tentunya akan sangat bebas dan jauh dari kata “pajak pemerintah”. Sedikit informasi, pajak itu turut menyokong angka pendapatan nasional negara kita lho. Nah, lantas negara ini dapat pemasukan dari mana ya, kalau tidak ada barang yang kena pajak? Bisa-bisa angka pendapatan nasional Indonesia kita tercinta menurun kalau tidak ada barang kena Pajak.

Nah, sebenarnya, dibalik permasalahan yang diilustrasikan di atas, tindakan kecil dari teman-teman bisa sedikit demi sedikit membantu pergerakan Indonesia untuk bisa menghadapi tantangan AEC 2015 lho. Mau tau gak gimana caranya? Berikut ilustrasinya

Dan uang teman-teman yang dibelanjakan untuk membeli produk dalam negeri itu,sebenarnya akan menggerakkan usaha kecil dan menengah yang ada di Indonesiasehingga perekonomian domestik yang ada di sekitar kita bisa tetap stabil.
Paragraf terakhir, tapi bukan berarti langkah terakhir saya dalam mensosialisasikan AEC2015, saya ingin memberikan gambaran kepada teman-teman tentang potensi yangdimiliki negeri kita tercinta ini.
- Indonesiaitu menyumbang 40% total penduduk ASEAN
-  LuasIndonesia itu terbesar keempat di dunia, dimana dibanding 9 negara ASEAN yangada, Indonesia menjadi negara terbesar.
-  Indonesiamemiliki penduduk dengan usia produktif terbesar diantara 9 negara ASEAN lain
-  Indonesiamemiliki penduduk dengan kelas menengah terbesar di antara 9 negara lain
-  Prospektifdestination ke-4 dengan adanya 33 provinsi yang ada di Indonesia.
Jadi,marilah bersatu atas nama pemuda Indonesia dalam memanfaatkan setiap potensiyang dimiliki Indonesia. Marilah menjadi tuan rumah untuk AEC 2015 dimana halini berawal dari saya, Anda, teman-teman di sekitar Anda, keluarga, dankomunitas Anda untuk memulai dari langkah kecil yaitu “aware/sadar” denganadanya tantangan AEC 2015 dimana kita harus meminimalisir budaya konsumerisme.Untuk teman-teman yang hendak berwirausaha, mari kita menumbuhkan perekonomianmikro dan pasar domestik yang dapat menggerakkan perekonomian rakyat.Syukur-syukur dan pasti BISA menjadi eksportir untuk 9 negara ASEAN yang lain.Amiin.
Marimembangun masyarakat ekonomi yang peduli dan menjadi generasi muda yangberkualitas dan berdaya saing dalam memajukan bangsa dengan mampu menghadapiberbagai tantangan global. INDONESIA BISA!!!

Jika memang terdapat hal-hal yang kiranya bermanfaat di dalam tulisan tersebut, silakan di share dengan teman terdekat ya :)
dan jika ada hal-hal yang kurang sependapat, saya sangat terbuka dalam menerima setiap kritik, tanggapan, saran, dan perbaikan untuk tulisan pertama tentang topik ini.
Silahkan sampaikan kritik, saran, komentar, dan pendapat anda terhadap tulisan ini.
Bisa juga melalui
fb: Fatmawati Indah Purnamasari
twitter: @fatmawatiindah
email: fatmawatiindah9@gmail.com
Telp/sms : 089624383539

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline