Lihat ke Halaman Asli

Menurut Pemerintah, ASEAN Economic Community (AEC) 2015 itu. . .#Part2

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1366733767111184035

Oleh: Fatmawati Indah Purnamasari

Delegasi Indonesia untuk JENESYS 2.0 bertemakan AEC 2015, Jepang 31 Maret-7 April 2013

Hello, this is my third written for AEC 2015’s issue. Topik hari ini merupakan kelanjutan dari tulisan saya yang kedua dimana saya mencoba melihat perspektif pemerintah dalam menganalisa kesiapan Indonesia untuk menghadapi AAEC 2015. Sekedar mengingatkan, untuk yang baru pertama kali membaca isu AEC ini, silakan baca terlebih dahulu penjelasan singkat AEC 2015 di Hitam putih ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan Menurut Pemerintah ASEAN Economic Community (AEC) 2015 itu. . .#Part1.  Mengingatkan sedikit bahasan pada tulisan #Part1 tentang  potensi yang dimiliki Indonesia, pemerintah mengutarakan bahwa Indonesia memiliki beberapa peluang di dalam AEC 2015. Pertama, Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk turut serta dalam memanfaatkan integrasi ekonomi dalam membuka pasar yang lebih luas lagi di kawasan ASEAN. Kedua, potensi Indonesia yang merupakan pasar potensial dunia, khususnya ASEAN, dimana penduduk Indonesia menyumbang angka sebesar 40% total penduduk ASEAN. Letak geografis Indonesia juga turut mendukung potensi SDM dan SDA yang ada di Indonesia.

Nah, sekarang saya ingin melanjutkan kembali analisa peluang Indonesia yang selanjutnya. Disimak ya, silakan dikritisi setelah membaca sampai akhir tulisan ini J. Menurut DerDagRI, peluang yang dimiliki Indonesia dalam menghadapi AEC 2015 adalah sebagai berikut:

1.Manfaat integrasi ekonomi *

2.Pasar potensial dunia*

3.Negara pengekspor. Depdagri mencatat 10 komoditi unggulan ekspor Indonesia baik ke dunia maupun ke intra-ASEAN selama 5 tahun terakhir, tercatat dari tahun 2004-2008. Depdagri optimis bahwa kesepuluh komoditi ekspor ini potensial untuk semakin ditingkatkan dan menjadi komoditi unggulan ekspor dunia. Komoditi tersebut antara lain: kelapa sawit, tekstil & produk tekstil, elektronik, produk hasil hutan, karet & produk karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang, dan kopi. Sementara untuk intra-ASEAN (di dalam kawasan ASEAN) komoditi ekspornya adalah minyak petroleum mentah, timah, minyak kelapa sawit, refined copper**, batubara**, karet, biji kakao, dan emas. Disamping itu, Depdagri menambahkan bahwa Indonesia juga masih punya komoditi lain yang punya peluang usaha untuk diekspor ke luar negeri antara lain: peralatan kantor, rempah-rempah, perhiasan, kerajinan, ikan & produk perikanan, minyak atsiri, makanan olahan, tanaman obat, peralatan medis, serta kulit & produk kulit.

Nah itu komoditi ekspor yang hendak di optimalkan oleh pemerintah kita dalam menyikapi AEC 2015 nantinya. Sebagai seorang rakyat yang baik, tentunya kita harus senantiasa memanjatkan doa dalam setiap ibadah kita agar pemerintah dan para stakeholders perekonomian makro Indonesia dapat cermat dan teliti dalam mengidentifikasi tujuan pasar agar sesuai dengan segmen pasar dan spesifikasi dari kualitas komoditi yang ada. Jangan sampai penjualan komoditi yang notabene berasal dari kekayaan negara ini hanya akan menjadi konsumsi kantong sebagian orang saja. Semoga pendapatan nasional Indonesia dapat digunakan kembali untuk memperbaiki infrastruktur dan menjadikan Indonesia lebih baik lagi di masa yang akan datang.

4.Negara Tujuan Investor. Dengan uraian “kekayaan” Indonesia di atas, tentu banyak investor yang berburu untuk datang ke Indonesia. Senin minggu lalu, sya menghadiri sebuah forum pemuda yang diprakarsai HIPMI di FE UI. Salah satu pembicaranya mengatakan bahwa secara kasar, jika dihitung-hitung investasi asing di Indonesia berjumlah sekitar 55% dari seluruh saham yang go public. Hal ini membuat Indonesia cukup bergantung dengan peluang kerjasama dengan swasta asing. Angka ini mungkin akan bertambah jika stakeholders pribumi tidak  mencoba untuk melihat potensi investasi di Indonesia, atau mungkin karena kekurangan sumber daya untuk membeli saham. Jika kita bangga dan mengkonsumsi produk-produk dalam negeri, uang kita sedikit banyak akan menambah modal para pengusaha mikro, kecil dan menengah sehingga presentase saham mungkin akan dapat dikuasai kembali oleh pribumi

* sudah di bahas di tulisan Menurut Pemerintah, ASEAN Economic Community (AEC) 2015 itu. . .#Part1

** Ketika saya sedang berkunjung ke Port of Nagoya, Jepang, pada 4 April 2013 lalu, saya menemukan beberapa barang tambang yang diimpor dari Indonesia. Refined cooper yang dibicarakan di atas juga diimpor oleh Jepang dari Indonesia

13667346551668110177

1366734807969720380

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline