Lihat ke Halaman Asli

Dari Luka ke Cahaya

Diperbarui: 20 Oktober 2024   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari luka yang membakar dada,
Tertatih kutapaki jalan sunyi,
Tangisan malam menggema di dada,
Namun langkahku tak pernah berhenti.

Angin membawa bisikan gelap,
Menggoda hati yang hampir rapuh,
Namun sabar kutanam dalam jiwa,
Tumbuh perlahan, menahan jatuh.

Di tiap detik yang kurasakan pedih,
Ada cahaya yang samar menyapa,
Sabar merangkul dalam sepi,
Menyulam harap di ujung asa.

Kehilangan menuntunku belajar,
Bahwa badai tak selamanya kekal,
Setelah hujan reda perlahan,
Mentari datang dengan sinar yang tak kenal gagal.

Sabar bukanlah penantian sia-sia,
Ia adalah kekuatan dalam sunyi,
Dari luka yang kuterima dengan rela,
Terbitlah cahaya, membawa diri ke puncak tinggi.

Kini kulihat puncak kemenangan,
Bukan hanya bagi yang kuat bertarung,
Namun bagi jiwa yang tetap tabah,
Yang melangkah dengan sabar, meski tersungkur dan terkurung.

Dari luka ke cahaya yang memancar,
Sabar menuntunku ke puncak harapan,
Dan di sana, kutemukan diriku,
Berdiri gagah, dalam terang yang kutunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline