Lihat ke Halaman Asli

Rintiknya Bandung

Diperbarui: 20 Juni 2024   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di bawah langit kelabu yang mendung,
Bandung menyambut dengan rintik hujan.
Butir-butir air jatuh perlahan,
Menyapa bumi dengan kelembutan.

Jalanan basah berkilauan di bawah cahaya,
Menyisakan jejak langkah yang terburu.
Payung-payung berwarna-warni terbuka,
Menari-nari dalam irama alam yang syahdu.

Pepohonan hijau tersiram segar,
Menggugurkan daun-daun yang layu.
Bunga-bunga mengangguk pelan,
Menyambut tetesan yang memberi kehidupan.

Di balik jendela, pandangan terhalang,
Kabut tipis melayang di udara.
Suara hujan yang mengetuk kaca,
Adalah melodi tenang yang menenangkan jiwa.

Trotoar kota penuh dengan genangan,
Mencerminkan bayang-bayang yang melintas.
Anak-anak bermain dalam tawa,
Menyambut hujan dengan sukacita.

Warung-warung di pinggir jalan,
Mengeluarkan aroma kopi yang harum.
Orang-orang bercengkerama hangat,
Dalam pelukan suasana yang akrab.

Gedung-gedung tua dan modern menyatu,
Dibalut oleh tirai hujan yang lembut.
Bandung dalam rintik hujan,
Adalah lukisan hidup yang penuh pesona.

Malam tiba dengan gemerlap lampu,
Hujan masih setia menyertai.
Cahaya memantul di jalan basah,
Menciptakan kilauan yang magis.

Dalam keheningan yang dibawa hujan,
Bandung menyimpan sejuta cerita.
Tentang cinta, kenangan, dan harapan,
Yang terus hidup di setiap rintik yang jatuh.

Bandung dalam rintik hujan,
Adalah harmoni antara alam dan kota.
Menyatu dalam keindahan yang abadi,
Menghadirkan kehangatan di balik kesejukan.

Di setiap tetes yang menyentuh tanah,
Ada kisah yang mengalir tanpa henti.
Bandung, kota penuh cinta,
Menyambut hujan dengan hati yang lapang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline