Lihat ke Halaman Asli

Sore Hari yang Teduh

Diperbarui: 18 Januari 2024   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sore hari yang teduh, mentari perlahan turun,
Warna jingga memeluk langit, menciptakan lukisan indah.
Bayangan panjang menjelang, merangkul bumi,
Seakan-akan alam merenung dalam ketenangan.

Angin sepoi-sepoi menyapa dedaunan,
Membawa aroma harum dari bunga-bunga.
Saat matahari bersembunyi di balik perbukitan,
Sore hari datang dengan kelembutan.

Langit berubah menjadi gradasi warna,
Dari kemerahan hingga biru gelap yang dalam.
Berkumpulnya burung-burung menuju sarang,
Seolah-olah mereka pun merayakan kedamaian.

Sore hari yang teduh, suasana damai merayap,
Menghipnotis alam dan hati yang terpesona.
Di tengah riuh dunia, ada ketenangan,
Seperti pelukan lembut dari kehadiran senja.

Sesejuk embun menyapa daun-daun,
Malam yang menggantikan siang dengan tenang.
Sore hari yang teduh adalah waktu berhenti sejenak,
Merajut kenangan indah dalam keheningan.

Di antara pohon dan rerumputan hijau,
Sore hari menawarkan keindahan yang mempesona.
Dalam kesejukan dan ketenangan senja,
Kita dapat merasakan kehadiran keabadian.

Sore hari yang teduh, serupa dengan pelukan,
Menyentuh hati dengan kelembutan.
Seolah-olah alam berbicara dengan bisikan lembut,
Sore hari yang teduh, memberikan kenangan abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline