Lihat ke Halaman Asli

fatmasari titien

abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

Jangan Mau Merugi, Ayo Lebih Baik

Diperbarui: 23 April 2021   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sepuluh hari pertama ramadhan telah berlalu, tinggal duapertiga lagi dari keseluruhan bulan ramadhan bertamu dan menemani kita. Sepuluh hari yang telah lewat itu terlihat sedikit. Namun, bila kita menghitung peluang kebaikan di dalamnya, akan terasa begitu banyak yang terlewat.

Biasanya, di pusat-pusat perbelanjaan,  orang berbondong-bondong memburu diskon dan bonus. Dalam strategi penjualan,  terkadang barang-barang  udah dinaikkan harganya terlebih dulu. Kemudian,  mereka memberikan bonus atau diskon atas harga yang baru. Jadi harga diskon sebenarnya tidak berubah dari harga sebelum dinaikkan.  Tapi dampaknya sungguh luar biasa,  terbukti banyak yang berusaha mendapatkannya meski harus berjubel dan berdesakan.

Pada hakikatnya,  bulan ramadhan merupakan bulan diskon dan bonus yang disediakan Allah subhanahu wa ta'ala kepada manusia.  Dikatakan bulan diskon dan bulan bonus karena Allah melipatgandakan seluruh amalan kebajikan yang dilakukan pada bulan tersebut.  Bahkan ada satu hari di dalamnya yang setara dengan seribu bulan,  setara dengan 30.000 hari atau 82 tahun lebih.  Maa syaa Allah,  tentu tak ada diskon dan bonus di dunia yang setara dengannya. 

Siapa yang tidak tertarik dengan diskon dan bonus ramadhan yang telah disiapkan Allah?  Sudahkah  bersegera menjemputnya?  Sudahkah menjamu ramadhan dengan semestinya?

Acapkali manusia menyia-nyiakan kehadiran ramadhan yang penuh kemuliaan. Tanpa dapat menahannya agar tetap tinggal. Tanpa ada tambahan ilmu dan amal shalih.  Dan seolah-olah  membiarkannya berlalu tanpa ada penyesalan.

Imam Hasan Al Bashri mengatakan,

"Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu."

Wahai anak Adam, janganlah engkau menunda-nunda (amalan-amalan), karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini, adapun besok pagi belum tentu engkau memilikinya. Jika engkau bertemu besok hari, maka lakukanlah pada esok hari itu sebagaimana engkau lakukan pada hari ini. Jika engkau tidak bertemu esok hari, engkau tidak akan menyesali sikapmu yang menyia-nyiakan hari ini.

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, "Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak."

Lalu Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu, "Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan (baca: kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya."

Imam Asy Syafi'i rahimahullah pernah mengatakan,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline