Lihat ke Halaman Asli

fatmasari titien

abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

Bahagia Menjadi Generasi Sandwich (Bagian 1)

Diperbarui: 5 Desember 2020   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generasi sandwich, kedengarannya enak sih...  Awalnya mungkin akan terbayang dua potong roti  yang tengahnya diisi beragam makanan yang kita suka. Ada telur/daging asap, selada, tomat, keju/mayonaise dengan sedikit olesan mentega dan saus pedas. Hmmm... nyummy. Tapi ... bukan itu yang dimaksud generasi sandwich. 

Istilah generasi sandwich pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody  pada tahun 1981. Generasi sandwich disematkan pada  generasi yang "terjebak" di tengah dan harus menyokong generasi di atas dan di bawahnya yang masih harus bergantung pada bantuan mereka.

Carol Abaya, seorang ahli di isu demografi Amerika Serikat  membagi  generasi sandwich dalam beberapa kategori,  yaitu:

1. Traditional Sandwich Generation: Mereka yang berada di tengah orangtua yang menua dan butuh bantuan dan anak-anak mereka yang masih diasuh dan belum bisa mandiri.

2. Club Sandwich: Mereka yang berumur 40, 50, dan 60-an yang berada di tengah orangtua mereka yang di usia senja, anak-anak yang sudah dewasa, dan cucu mereka. Namun istilah ini juga bisa dipakai untuk orang berusia 20, 30, 40-an yang bertanggungjawab untuk anak-anak mereka, orangtua, dan kakek-nenek mereka. Intinya istilah ini dipakai bila lapisan generasi yang terlibat lebih bertingkat.

3. Open-faced Sandwich: Siapapun yang ikut terlibat dalam mengurus orang lanjut usia

Sandwich akan terasa enak  ketika isiannya bisa dinikmati bersama dengan roti bagian bawah dan roti bagian atas secara bersamaan. Tentu saja, tanpa isian sandwich, roti tawar akan tetap berasa tawar bukan? 

Demikian juga halnya dengan generasi sandwich itu sendiri. Dikatakan generasi sandwich yang berhasil apabila kesuksesannya dapat dinikmati orang tua dan anak-anaknya sekaligus. 

Di Indonesia sendiri, generasi sandwich merupakan hal yang lumrah terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:

1. Hubungan kekeluargaan.

Meski sejak 2010 terjadi perubahan demografi dari konsep keluarga besar (extended family) menuju keluarga batih (nuclear family). Bila di era 70-an seringkali didapati sebuah rumah dihuni oleh beberapa keluarga sekaligus. Anak-anak yang sudah menikah terkadang tetap tinggal bersama orang tua mereka, mungkin bukan hanya satu anak, tapi bisa beberapa anak sekaligus. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline