Lihat ke Halaman Asli

Kapten Sony Sang Pilot Jempolan (Kisah Lolos dari Maut)

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Barusan di Metro TV aku melihat berita sebuah pesawat Rusia jatuh di kawasan Siberia, Rusia, Senin (2/4/2012), 32 orang tewas dari 43 orang penumpang.

Berita ini segera membawaku pada kisahku sendiriyang terputar kembali secara utuh.

Tanggal 28 Juli 2011merupakan salah satu hari mencekam dalam hidupku, pada hari itu adalah perjalanan pulangku dari Thailand ke Medan.Menumpang penerbangan AirAsia, keberangkatan waktu itu mendekati waktu magrib waktu sana dan diperkirakan akan tiba di bandara Polonia Medan pukul 20.10 WIB. Lebih kurang dua jamlah jarak tempuhnya.

Perjalanan awalnya lancar hingga kira-kira 30menit sebelum mendarat di Polonia Medan pesawat mengalami turbulensi hebat, hujan lebat dan badai menghadang. Pesawatpun selanjutnya dikuasai turbulensi sedemikian hebatnya, berulang kali melesak turun secara tiba-tiba. Beberapa kali pula melesaknya seakan pesawat meluncur kebawah, jeritan dan zikir-zikir serentak keluar setiap itu terjadi. Aku berpegang pada sandaran kursi depan kuat-kuat, dengan harapan bisa menguasai benturan jika pesawat memang akhirnya jatuh.

Kucoba menghimpun kekuatan untuk ikhlas bahwa mungkin inilah saat terakhirku. Ya Allah, Jika ini saat ajalku hamba tunduk pada kehendakmu. Selanjutnya tinggal zikir dan dan kata-kata mennguatkan diri yang terus bergaung di hati dan pikiranku.

Keadaan semakin mencekam saat pesawat tiba-tiba gelap dan tak hidup lagi lampu-lampunya seterusnya, tidak ada pesan apapun dari awak pesawat…aneh pikirku..biasanya di penerbangan manapun sebelumnya selalu ada satu pesan ataupun penginformasian keadaan kepada penumpang….apalagi dengan kondisi seperti ini, kecurigaaan makin bergelayut dipikiranku…jangan-jangan pesawat sudah dalam keadaan gawat sehingga tidak diberitahukan apapun agar tidak jadi histeris….zikir dan genggaman tanganku di sandaran kursi depan semakin kencang sembari melintas berbagai berita kecelakan pesawat yang pernah kuketahui. Duh, apakah mayatku akan hangus terbakar, berkeping-keping, utuh atau justru jadi debu….

Keadaan tersebut berlangsung sampai kira 20 menit, sampai pesawat kemudiantenang, 5 menit berlalu dan pesawat masih tenang, aku yang duduk kebetulan disisi jendela melongok keluar dan melihat kebawah, mencoba cari tahu posisi apakah sudah mendekati Polonia atau belum, soalnya pesan apapun belum juga ada dari awak pesawat. Tampak rumah-rumah dan gedung terlihat dekat, Alhamdulillah kayaknya akan mendarat pikirku.

Sekitar 5 menit kemudian pesawat terasa berangsursemakin turun……dan…. hantaman roda ke landasan terasa….terdengar suara koor “Alhamdulillah” dari suara penumpang .. ….dah didarat pikirku…namun sisa ketegangan masih menyelimuti..

Sampai pesawat sudah dalam kecepatan tenang untuk menuju parkir barulah terdengar suara-suara dari seluruh penumpang berkata-kata satu sama lain.

Saat-saat menunggu pintu pesawat dibuka menjadi saat yang paling menggejolak jiwa…bagai euphoria para penumpang menyambut terbukanya pintu pesawat. Sementara para penumpang mengambil posisi berdiri dan berjalan keluar aku sengaja duduk menunggu seluruh penumpang turun, aku ingin bicara ke pilotnya. Dari kejauhan kulihat tak satupun penumpang itu mengucapkan terimakasih ke sang kapten. Tak kah teringat sedikitpun untuk mengapresiasi kontribusi orang kepada kita? heran…..

Dan saat aku menjadi penumpang terakhir yang akan turun, aku bergegas menuju pintu, tampak sang kapten dan dua pramugari berdiri di dekat pintu mengucapkan terimakasih kepada para penumpang yang turun. Saat aku sudah dekat langsung kujabat tangan sang kapten sambil melirik ke badgenamenya..Capt.Sony itu namanya.

“Kapten terimakasih sudah mengantarkan kami semua dengan selamat . Keadaan tadi sangat menegangkan dan baru ini saya alami penerbangan mencekam seumur hidup saya, terimakasih ya…”, begitu ucapku sembari menjabat tangannya.

“Sama-sama ibu”, demikian jawabnya dengan senyum lepas dan suara yang mantap…ganteng dengan kulit coklat dan perawakan jantan …

Sambil mengucapkan terimakasih terakhir kali aku mengayun langkah kearah pintu sambil tersenyum kepadadua pramugari disampingnya…”terimakasih ibu”, ujar mereka.

Dalam ayunan langkah menuju terminal kedatanganaku masih teringat pada sang kapten. Walau ada sejumput protes dihatiku atas standar yang kurasa tidak dikerjakan tadi tapi kupikir pada akhirnya kemampuan dia mengendalikan pesawat menjadi hal paling penting yang patut diapresiasi. Dia menjadi perpanjangan tangan Allah menghantarkan keselamatan kepada seluruh penumpang. Mogaterberkahi hidupnyaatas setiap kebaikan yang dia buat. Kapten Sony..dikau pilot jempolan….dan hingga kini aku masih ingat namanya dan akan tetap kuingat hingga nantinya…Unforgetable person….

Adakah diantara teman-teman yang pernah mengalami hal yang sama atau bahkan lebih mencekam saat menumpang pesawat? ceritakanlah ….senang bila teman-teman berbagi kisah juga…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline