Dalam suatu kajian tafsir saya pernah mendengar bahwa "cinta itu bagaikan benih, Kalau njenengan mau dapatkan seseorang, dapatkan cintanya. Begitu pula dengan al-Qur'an". Lantas saya berfikir apa hubungannya benih dengan al-Qur'an?!
Tema kajian tafsir tadi cukup menarik perhatian, sebab saya tau menghafal bukan hal yang tidak menjenuhkan. Jadi, saya perlu dapatkan jawaban bahwa al-Qur'an itu bisa didapat dengan cara mencari cintanya.
Beralih menjadi gadis yang lagi kasmaran, biasanya cinta itu datangnya dari kebiasaan, kebiasaan memperhatikan hal-hal sepele sekalipun. anehnya walau tak ada balasan pun tetap saja cinta (seperti fans kepada idolanya). hal ini menunjukkan bahwa cinta tidak hanya tumbuh dengan sendirinya, melainkan bisa dari hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan. itu sebabnya ada kata nyaman dalam hubungan pertemanan.
Begitu pula dengan al-Qur'an, kita anggap al-Qur'an itu makhluk hidup yang bisa diajak bicara. Rumusnya sama dengan pertemanan (DEKATI dulu, kemudian KENALI lalu SAPA). Dekat bisa dengan membacanya, kenal bisa dengan mempelajarinya baik dari segi tajwid, makhorijul huruf maupun shifatul huruf, dan yang terakhir sapa bisa dengan keistiqomahan/senantiasa membacanya setiap hari walau satu ayat.
Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa memperbanyak interaksi dengan siapapun bisa menambah kemistri antar satu sama lain. sehingga kemistri inilah yang menimbulkan nyaman dan cinta. Kalau ragu, bisa dibuktikan sendiri selama 1 bulan, kalau berjalan (sudah dapat kenyamanan dalam membaca al-Qur'an), itu tandanya cintamu terbalas. Ini baru langkah awal, langkah selanjutnya masih ada cara merawat cinta itu tetap terjaga, layaknya menjaga suatu benih untuk tetap hidup.
Nah,, ada bayangan ga kira-kira kenapa benih disamakan dengan cinta?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H