Di pagi yang berembuskan semangat pada 30 Oktober 2024, lapangan SMPN 18 Malang memancarkan rona cerah dan gemerlap kebahagiaan. Saat mentari mulai berseri malu-malu, ratusan siswa dari kelas 7, 8, hingga 9 berkumpul dengan antusiasme tinggi, membawa buku-buku favorit mereka.
Di sinilah mereka dengan langkah kecil namun penuh arti, membuka bab baru dalam sejarah sekolah, sebuah pesta literasi yang menyatukan jiwa-jiwa muda untuk menyelami lautan kata dan menggali hikmah dari buku.
Pukul 07.00 tepat, peluit tanda dimulainya kegiatan berkumandang. Selepas menghormati lagu Indonesia raya yang diputar setiap pagi di kelas, murid-murid secara serentsk berkumpul di lapangan dan membuka buku masing-masing. Mereka tenggelam dalam dunia-dunia cerita yang berbeda. Pagi itu lapangan dipenuhi wajah ceria dan senyum saat mereka memulai petualangan bersama.
Bagi sebagian siswa, ini adalah pagi pertama menjelajahi halaman-halaman fiksi penuh pahlawan, dunia fantasi, dan kisah detektif penuh teka-teki. Senyum dan tawa pun terdengar di sana-sini saat mereka mengikuti alur cerita. Bagi yang membawa buku tentang prakarya dan kreativitas, pagi itu menjadi momen menggali ide-ide segar untuk karya baru.
Tawa renyah dan bisikan semangat memenuhi lapangan. Sesekali terdengar siswa berbagi kalimat inspiratif atau cerita menarik dengan teman di sebelahnya. Dalam sekejap, lapangan itu seperti dihiasi imajinasi dan pikiran yang terbang tinggi melampaui dinding sekolah.
Kegiatan ini tidak hanya sekadar membaca, namun juga merayakan keasyikan berbagi kisah. Ketika seorang siswa membaca cerita detektif tampak bersemangat menebak teka-teki sebelum halaman terakhir. Tidak ada kebosanan, hanya mata berbinar penuh rasa ingin tahu, tangan tak sabar membalik halaman, dan pikiran yang semakin tenggelam dalam cerita.
Inilah makna literasi, yakni bukan sekadar membaca kata-kata, tetapi menghidupkan kata-kata itu dalam pikiran dan hati. Dengan beragam buku yang dibawa, dari fiksi hingga prakarya, para siswa menanam benih keingintahuan di dalam diri mereka masing-masing. Mereka belajar melihat dunia lebih luas, membuka wawasan tentang apa yang ada di luar kelas dan kota mereka.
Setelah satu jam, bel berbunyi, menandakan kegiatan berakhir dan pelajaran dimulai. Namun, kebahagiaan masih terlihat jelas di wajah mereka. Beberapa masih memegang buku mereka erat-erat, tak ingin berpisah dari cerita yang belum tuntas.
Semangat literasi di lapangan ini adalah bukti bahwa membaca bukan hanya menyelesaikan halaman demi halaman, melainkan membuka diri pada dunia baru. Adanya kegiatan ini di SMPN 18 Malang tak hanya membentuk siswa cerdas akademik, tapi juga memberi ruang bagi mereka untuk menemukan versi terbaik dari diri mereka melalui kisah-kisah dalam buku.
Literasi kini telah menjadi teman setia bagi para siswa. Semoga pagi yang cerah dan bahagia ini menjadi awal dari lebih banyak pagi penuh kisah dan keajaiban di halaman-halaman buku, sebab membaca adalah cara kita membuka mata pada dunia, meski kita hanya duduk di bangku lapangan sekolah.