Lihat ke Halaman Asli

Ketika Mereka Hadir: "Aku Lupa Caranya Bahagia" dan Perasaan Damai Perlahan Meninggalkanmu

Diperbarui: 7 November 2020   15:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Pim Chu on Unsplash

                                                                        "You do everything without feeling or thinking about it. Everything is routine. . . . . ."

Siapa disini yang pernah merasa bahwa kehidupan berjalan sangat cepat? Pernahkah kalian merasa dunia yang sedang kalian jalani terasa seperti rutinitas yang berjalan konsisten, tidak ada dinamika, dan kita bergerak seperti layaknya robot? 

Pagi kita beraktivitas dan menjalankan peran, baik sebagai anak, mahasiswa, atau teman. Kemudian malam tiba, kita istirahat. Sampai - sampai kita lupa akan rasanya sendiri dan perasaan sepi.

 Pernahkah kita merasa bahwa hari tak segan untuk berlalu begitu saja? Pernahkah kita merasa bahwa canda tawa yang hadir menjadi tidak membasuh diri kita yang sebenarnya? Ada rasa gundah yang terlihat samar, seakan bertarung dengan kenyataan bahwa kehidupan kita sangat baik - baik saja. 

Seakan memiliki rumah, namun tidak benar - benar menjadi tempat kembali. Ada ruang yang kosong. Relasi pertemanan, keluarga, atau bahkan kesenangan yang sering kita sebut "passion" tidak lantas menjadikan mereka sebagai penyembuh.

Lalu, apa yang sebenarnya kita rasakan? Apa yang sebenarnya kita kalutkan? Apa yang sebenarnya menguasai diri ini? Mengapa merasa hampa dan kosong ketika semua yang terjadi nampak tak ada yang salah? Mengapa rasanya sulit untuk kita menjatuhkan air mata, mengapa rasanya sulit untuk kita benar - benar terhubung dengan perasaan yang sedang terjadi? 

Nah, mari kita beri jeda. Sebenernya Emptiness itu apa sih?

Menurut Viktor Frankl, perasaan emptiness merupakan kegagalan kita dalam memberikan sebuah arti atau kita tidak merasa content terhadap diri dan kehidupan. Berbeda dengan emosi yang lain seperti sedih, senang, gembira, atau takut, emptiness sendiri merupakan hilangnya perasaan atau emosi yang kita miliki. 

Situasi ini hadir karena hidup yang terasa tak berarti atau adanya kekosongan sebagai bentuk perasaan tidak terhubung dengan diri sendiri ataupun orang lain.

Dilansir oleh salah satu artikel Pijar Psikologi, diketahui bahwa 1 dari 3 orang di Indonesia sedang mengalami kehampaan. Sudah bukan hal asing lagi mengingat di abad ke - 21 ini teknologi semakin canggih, begitu banyak media yang digunakan untuk dapat membantu kita terus terhubung dengan orang lain. 

Kenyataannya tidak demikian, karena bukan hanya seberapa banyak orang yang mampu kita jangkau tetapi kita butuh relasi, hubungan, atau afiliasi yang berkualitas mengingat manusia memiliki desire untuk memberikan arti atau interpretasi dalam hidupnya. Perasaan hampa atau emptiness erat kaitannya dengan disconnected, loneliness, hopeless, atau bahkan isolation.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline