Lihat ke Halaman Asli

Uang, Hanya Uang?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bismillahirrahmanirrahiim

UANG, HANYA UANG?

By: Fatma Elly

SEJARAH KEHIDUPAN DIMULAI DARI PERUT. Di situ tempat bertolak dan berlabuh. Sibuklah manusia mengisinya dengan berbagai cara. Tanpa mengenal halal haram, moral spritual, terjang saja! Asal perut kenyang. Hidup senang. Orang lain? Ah biar saja. Masa bodoh amat. Mau nangis kek. Merintih sakit kek. Tak peduli! Paling-paling orang terdekat di tengah keluarga, masih dipeduli. Bukankah ikatan darah begitu kuat?

DAN BERLENGGANGLAH mereka sambil bersiul riang, ditingkah penderitaan manusia lainnya di sekeliling.

Kasus semacam penyerobotan, pencaplokan, pencurian, perampokan ataupun hal lain sejenis, tak  digubris. Siapa yang mau tau sih, hal-hal kuno seperti ini di era globalisasi dengan post modernismenya? Bisnis is bisnis. Hal lain tak boleh diperhitungkan. Yang penting untung. Uang masuk kantong! dan apapun yang diinginkan bisa tercapai! Terbeli!

Malu? haram? tak adil, tak baik? Ah itu pun kuno. Ketinggalan zaman. Hantamkromo saja. Sudah habis. Pusing-pusing amat!

TAK PELAKLAH, kalau kemudian hak cipta karya seseorang pun dicuri! Atau hak penerbitan seseorang diakui. Apalagi melihat peluang; melakukan kejahatan semacam ini terbuka! Penerbit tak punya gigi, alias tak bermodal banyak, hanya karena idealis di atas kebaikan menerbitkan buku bermutu di tengah menyuburnya buku-buku vulgar tanpa moral baik, diincar dan dituju!  Apalagi zaman kini zamannya orang cenderung dan haus kepada agama? Di tengah dan ditingkah kehampaan hidup yang melanda?

Apa salahnya menerbitkan, mencetak buku yang sedang diganderungi banyak orang seperti itu, di atas nama penerbitan sendiri, tanpa memberi tau apalagi meminta izin?! Bukankah nama si penulis buku masih dicantumkan? hanya penerbitnya saja yang lain? diganti dan dicuri? bukankah penulis tersebut, dari buku yang dicetak dan diterbitkannya, hanya seorang idealis, yang mungkin tak memerlukan dan membutuhkan uang?

ISBN? ah itu pun mudah. Gampang memperolehnya. Banyak jalan lain menuju Roma. Bukankah ungkapan seperti itu populer dan sangat dikenal? biarpun si penerbit asli memiliki ISBN, ya tak jadi soal-lah!

Uang pun dikejar. Tak puas dengan yang ada dan termiliki. Ya, menambah kan boleh saja? Orang makan saja masih suka nambah.Berporsi-porsi. Yang penting perut mesti kenyang. Puas! Tak peduli akibatnya nanti bisa sakit perut! Dapat membahayakan diri! Apalagi makan makanan yang buruk, haram, di atas kepunyaan orang lain. Hak orang lain!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline