"Kuliah buat apa sih? Buang-buang duit aja."
"Kalau sudah lulus juga sama-sama susah cari kerjanya."
Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tidak pantas dipertanyakan. Namun karena -mohon maaf- masih banyak orang, yang tidak mengerti esensi dari sebuah pendidikan dan menuntut ilmu, terutama masayarakat yang masih kolot, saya ingin artikel ini lebih mudah dicerna bagi semua kalangan. Ini merupakan hal yang sering saya tekankan pada banyak teman, entah yang benar-benar tanya atau hanya melempar olokan pada saya.
Saya hidup di desa yang mana masih banyak pemikiran kolot seperti menuntut ilmu sampai ke perguruan tinggi bukanlah hal yang bermanfaat. Jadi mudahnya, opini saya lebih khusus untuk masyarakat Indonesia sendiri. Walaupun pendidikan merupakan salah satu hal yang kalau dijelaskan simpel tetap banyak yang tidak paham.
Sistem pendidikan yang tertinggal
Kenapa kuliah itu penting? Alasan pertama adalah pendidikan Indonesia masih menggunakan sistem yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Maksud kasarnya adalah, pendidikan Indonesia ini tidak mencetak cendekiawan, penemu, pemikir, melainkan tidak lain tidak bukan adalah mencetak generasi pekerja. Sampai batas lulusan secara fisik namun bukan secara mental.
Kita bandingkan dengan Sekolah Menengah di negara maju. Sekolah Menengah Atas seperti SMA, SMK dan MA ya, belum perguruan tinggi, mereka memiliki sistem untuk membuat peserta didik mengenal diri mereka sendiri. Potensi, bakat, minat, kesadaran diri, etika, adab, moral, komunikasi, sosialisasi, serta kehidupan bermasyarakat. Mereka mendahulukan pengajaran dasar untuk survive di kehidupan sehari-hari. Sedangkan sistem pendidikan kita. Mengutamakan pengetahuan dan informasi, tetapi peserta didik tidak diberitahu cara mengolah informasi. Seperti kamu diberi ikan cuma-cuma, tanpa dikasih tahu bagaimana cara menangkap ikan di sungai.
Yang ingin saya sampaikan adalah, lulusan sekolah menengah, usia antara 16-19 tahun, yang seharusnya perlu bersiap untuk usia genting memasuki 20-an, kita tidak tahu mau ngapain. Bakat kita apa, tidak memiliki hobi kecuali scroll tiktok dan sibuk meninggalkan komentar buruk di sosial media. Adab dan etika minim, pengetahuan juga tidak pinter-pinter banget, tidak mendalami hobi atau bahkan tidak memiliki hobi!
Apakah ini salah masyarakat? Tentu kita semua ikut andil, walaupun akar dari pendidikan yang tertinggal bukan hanaya salah masyarakat, melainkan negara kita yang menomorsatukan korupsi.
Membangun Kesadaran Diri (Critical Thinking)
Klise memang, mengapa? Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan dimana kesadaran diri kamu akan meningkat pesat. Tapi apa yang menyebabkan kita tidak berpikir kritis saat masih berada di bangku sekolah? Mengapa saat sudah berada di umur Life Quarter Crisis kita baru merasakan bahwa apa yang kita lakukan sia-sia di sekolah selama ini? Alasan kuatnya adalah kita tidak dibangun untuk memiliki pikiran kritis saat masih berada di bangku sekolah. Kamu masih disetir! Dan kamu tidak sadar kalau disetir!
Sebelumnya saya pernah menulis tentang Indonesia yang masih Krisis Literasi dan Apa itu Literasi Sebenarnya. Disini saya menjelaskan dengan mudah pentingnya membaca. Membaca apapun! Apakah masih worth it walau kita membaca tapi tidak memahami? TENTU SAJA WORTH IT.
Jika kamu membaca di usia dini dan tidak paham dengan apa yang kamu baca, it's ok. Kamu masih punya banyak waktu. Usia 7 tahun membaca, usia 10 tahun membaca, usia 13 tahun membaca, membaca terus tapi tidak memahami, it's ok Tetapi di usia remaja dan menginjak usia dewasa muda, kamu akan terbiasa. Yang jadinya tidak paham akan memahami. Baca apa saja! Tidak ada yang rugi dari membaca, percayalah!