"Kerjaanmu apa?"
"Karyawan kantor."
"Wah enak dong. Nyaman dan adem."
Senyumin aja, lah. Toh sebagai manusia, memang harus banyak bersyukur.
Sebenarnya kalau bukan orang kantoran, artikel ini akan tampak seperti omong kosong. Mereka akan bilang "Halah kurang bersyukur tuh!" Jadi ini bukan artikel untuk berkeluh kesah. Para karyawan kantoran itu sadar kalau pekerjaan mereka nyaman. Namun 'Nyaman' ini mari kita ulas.
Nyaman yang dikatakan orang yang "bukan karyawan", adalah nyaman dari segi finansial, bukan nyaman secara mental. Dan mereka bahkan tidak peduli tentang itu, tentang mental kita. Ini bukan ajang untuk tidak bersyukur, hanya saja setiap pekerjaan punya sisi nyaman dan tidak nyamannya masing-masing. Dan karyawan kantoran, memakai jas, pakaian rapi memiliki denotasi "BAHAGIA". Ironisnya, pekerja kantoran memiliki peringkat tertinggi kedua dalam kasus 'bunuh diri' setelah anak sekolah.
Setelah menggeluti pekerjaan ini kamu bakal paham kenapa pekerja kantoran lebih rentan bunuh diri ketimbang kuli. Mengeluh tidak pantas, tidak mengeluh stres otak panas. keluhan kamu akan ditertawakan, dianggap sepele dan tidak bersyukur. Ya tadi, karena mereka tidak ada di atas kaki kita jadi tak tahu bagaimana rasanya.
"Ngeluh ora macem. Kanggone wong liyo, kerjaane enak. Ngeluh ora bahagia, malah diguyu. Sombat-sambat diarani kurang bersyukur." Sungguh pekerjaan yang nyaman dimana mati sepertinya jadi jawaban. Disini saya tidak menyamakan pekerjaan (mohon maaf) kuli. Namun kalau ditelaah, kuli juga sama seperti pekerja kantoran, yang ada sisi nyaman dan tidak nyamannya.
Di kantor, semua rekan kerja seperti teman baik, padahal saat ada promosi jabatan, mendadak semua orang jadi musuh. Belum lagi yang hobi saingan mana yang lebih berhasil menjilat atasan, senioritas dan saling memanfaatkan satu sama lain bahkan banyak yang manipulatif. Apakah di dunia perkulian ada semacam ini? Kuli saling gotong royong dan tidak ada sarkas-sinis dalam menjalani pekerjaan. Secara mental, kuli adalah pekerjaan yang lebih sehat ketimbang karyawan.
Dan kembali lagi ini bukan ajang saling membandingkan. Karyawan tetaplah seorang buruh, dan apapun pekerjaan kita, cintailah itu dan bersyukur. Omongan orang tidak ada habisnya kalau terus didengarkan. Toh mereka juga gak kasih makan kita.