Apakah kamu pernah menggunakan emoticon bukan berdasarkan fungsinya? Kalau saya tentu saja pernah. Mengapa bisa begitu, ya?
Saya menemui fenomena lucu tapi juga unik. Yaitu penggunaan emoticon dewasa ini sering sengaja disalah fungsikan. Emot senyum, tetapi sebenarnya sedang kesal, emot menangis, padahal ketawa, emot ketawa kecil jadi emosi marah dan masih ada beberapa emot lainnya yang tidak sesuai dengan tampilannya.
Namun ternyata emot tersebut bukan hanya digunakan untuk mendukung emosi yang sedang dirasakan pengirim, tetapi juga mendukung atmosfer yang dibangun dari kedua belah pihak yang sedang ngobrol. Biasanya yang sudah satu frekuensi, kayak teman dekat dan keluarga, akan memahaminya.
Misalnya kalau tertawa terpingkal-pingkal, biasanya akan keluar air mata, makanya emot tertawa diganti menangis. Dan ini kalau digunakan antar rekan kerja yang canggung, ya tidak akan nyambung karena dalam situasi formal. Jadi emot-emot ini mendukung atmosfer seolah-olah sedang ngobrol tatap muka, dan ini hanya bisa digunakan untuk orang-orang terdekat. Kan ya aneh juga kalau ngirim ke orang yang gak terlalu dekat. Mereka pasti tidak paham.
Kemudian emot senyum digunakan saat sedang kesal. Kesal disini terkadang bukan kesal dan marah yang sebenarnya, tetapi lebih ke mendukung lelucon yang kadang dilempar dan membuat atmosfer terasa seperti dark joke, antara menyebalkan tetapi juga cukup funny. Saya sering menggunakan ini hehe.
Ada juga emoticon bulgos atau bulan gosong. Yang emot senyum tetapi berwajah hitam. Entah untuk apa sebenarnya emot satu ini. Tetapi lucu juga saat digunakan karena mencairkan suasana agar tidak canggung dan terlalu serius.
Emot-emot ini, bukan hanya untuk menggambarkan ekspresi kita, tetapi juga sebagai pendukung vibes/suasana/atmosfer dari sebuah percakapan informal yang dibangun kedua belah pihak komunikator. Semakin sering kamu menggunakan emot kepada seseorang, biasanya kamu dan orang tersebut sangat dekat, misalnya sahabat/pacar/keluarga. Jadi itulah alasan mengapa emot kadang tidak sesuai fungsinya.
Sekian.
21.01.23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H