Polusi suara, apakah ancaman umat manusia yang nyata? Apakah berbahaya dan menimbulkan bug yang tidak bisa manusia kira?
Jujur saja saya memiliki ide untuk menulis ini karena saya mempunyai riwayat tinnitus telinga. Untungnya tidak parah atau bahaya dan masih dalam kadar bisa ditanggulangi. Apalagi sejak 2017, saya berangkat kampus naik bis kota. Setiap hari suara bising di jalanan sangat mengganggu. Belum lagi toa masjid dan mushola-mushola seolah sedang saingan. Speaker dipasang banyak-banyak, seperti kompetisi antar mushola. Duh capek banget! Telinga ngang-nging mulu rasanya pengen teriak kalau ada suara-suara pujian (dzikir setelah adzan) keras buanget kayak bledeg, Ya Allah. Padahal saya muslim. Soalnya memang itu suaranya keras banget dan rumah saya dekat dengan mushola. Lima kali adzan dan pujian, ditambah acara pengajian, ditambah acara yang lain. Bahkan pujian sendiri bisa lebih dari 10 menit. Waduh! Serasa budeg kuping saya ini. Jadilah saya sering mengalami tinnitus yang berkepanjangan.
Kemudian saya pun berpikir, ini saja saya hidup di desa. Jauh dari pabrik, jalan raya, kereta api dan lainnya. Jadi bagaimana dengan orang yang tinggal di kota metropolis? Mungkin nampak tidak terlalu berpengaruh jika hidup di pedesaan. Namun saya kira sekarang sama saja. Meskipun intensitas polusi suara di kota lebih besar.
Saya pun mencari di berbagai situs mengenai ini. Apakah polusi suara adalah ancaman nyata? Dan ternyata memang iya. Namun masih banyak yang menyepelekan. Terdapat banyak polusi mulai dari darat, laut dan udara. Kebisingan di udara akibat dari pesawat terbang, jet, helikopter bahkan petir dan gemuruh. Kebisingan darat akibat kendaraan bermotor, pabrik, kereta api.
Dan parahnya ternyata polusi suara ini dapat menyebabkan berbagai penyakit yang cukup serius tanpa orang sadari. Seperti masalah pendengaran akut, gangguan tidur, gangguan jantung, tekanan darah, menurunkan kecerdasan dan ingatan, resiko mental health, stres bahkan stroke.
Saya juga mencari informasi bahwa sebaiknya toa mushola maksimal sampai 100 dB (desibel), yaitu setara dengan suara bor dalam jarak beberapa meter. Kalau di tempat saya, jangankan suara bor, suaranya udah kayak 10 speaker di acara nikahan. Pokoknya sangat memekakkan telinga. Kalau diberi saran untuk mengecilkan suara, muadzin malah marah-marah katanya "Situ benci suara adzan?". Rasanya ingin membalas "Emang situ pengen bikin budeg semua orang?". Benar-benar bikin orang stres!
Jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai jenis-jenis kebisingan dan cara mengukur suara, kamu bisa membacanya lebih rinci di Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H