Lihat ke Halaman Asli

K-Pop, Self-Healing, dan Stereotip (Part 1)

Diperbarui: 1 Februari 2021   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pict: BTS Twitter

"Apaan sih korea-korea? Alay banget jadi cewe!"

"Cowo kok suka sama korea-korea sih? Jijik banget!"

Para k-popers, apa yang akan kalian lakukan jika seseorang atau sekelompok orang mengatakan ini padamu?

Beberapa dari kalian mungkin akan membiarkannya dan acuh tak acuh, namun sebagian besar k-popers akan melawan balik ejekan verbal semacam ini. 

Tak jarang para k-popers melempar kembali ejekan orang-orang yang mengatainya, seperti membalas menjelekkan apa yang orang tersebut sukai atau apa yang sedang booming dan populer baru-baru ini. 

Apakah mereka salah menjadi seorang K-popers? Apakah K-popers pantas diberi label semacam itu? Apakah menyukai K-pop itu penyakit? Banyak dari mereka yang tidak mengusik hobi orang lain, namun just imagine... jika apa yang kamu sukai dijelek-jelekkan orang lain, apa kamu juga akan diam saja?

Tak sedikit yang mengira bahwa menyukai k-pop adalah penyakit, sama halnya seperti overdosis obat. Tentu saja orang-orang menciptakan stereotip itu bukannya tanpa alasan. Seolah-olah mereka memang perlu disadarkan. Namun apakah kpop benar-benar membawa pengaruh buruk sepenuhnya? Apakah itu penyakit seperti halnya virus yang perlu dibasmi?

Dengarkan cerita berikut.

Seorang pria baru baya yang berusia 40-an baru saja keluar dari kantor tempat ia bekerja dan tengah berjalan menuju halte. Sepanjang jalan kaki, ia melihat remaja seusia anaknya yang sibuk memegang smartphone sembari berteriak histeris, seperti sedang shock atau terkejut dengan sesuatu, namun secara bersamaan juga tengah bahagia, kadang-kadang juga terlihat mereka menangis sedih, amat sedih seperti tengah berduka. 

Bukan hanya di tempat itu, pria paruh baya tersebut akhir-akhir ini juga melihat hal yang sama di tempat umum seperti kafe, taman, halte, di dalam bus dan tempat-tempat lainnya. Dan secara kebetulan ternyata paman itu mengetahui bahwa putrinya yang baru berusia 15 tahun juga memiliki kebiasaan yang sama seperti remaja yang baru-baru ini ia dapati di tempat umum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline