Lihat ke Halaman Asli

Gerebeg Wulayu Digelar Untuk Kedua Kalinya

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1388380978390431247

SOLO –Gerebeg Wulayu kembali digelar untuk yang kedua kalinya. Kali ini event yang ke-2 diprakarsai oleh Sanggar Seni Tradisional Krida Budaya Surakarta, diwujudkan dalam bentuk Kirab Budaya dan Fragmen Wulayu. Ratusan orang yang mengenakan kostum berbagai jenis tampak memadati sepanjang jalan kelurahan Semanggi, kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta, Minggu (29/12/13) pagi. Ratusan orang tersebut adalah peserta Gerebeg Wulayu Bandar Semanggi.

Acara tersebut diikuti oleh komunitas budaya masyarakat Semanggi, mewakili lima lingkungan yang ada di kelurahan Semanggi. Mereka berjalan kaki dari depan kantor kelurahan Semanggi pukul 09.30 WIB, sembari diiringi musik gamelan dan musik bambu tretek. Ada pula sekelompok orang yang membawa tiga gunungan yang berisi buah-buahan, jenis-jenis kerupuk, dan sayur-sayuran.

1388381218781582020

1388381432205001090

13883814901188053106

Puncak kegiatan acara yakni di DAS Bengawan Solo, Ngepung, Losari Semanggi, yang diisi dengan sajian Fragmen Wulayu. Dana yang didapatkan untuk terselenggaranya acara ini diperoleh dari Pemkot Surakarta dan Dana Pengembangan Kelurahan (DPK) Semanggi. Dana yang dihabiskan diperkirakan mencapai 12 juta rupiah.

Gerebeg Wulayu adalah kirab budaya yang menggambarkan tentang asal usul desa Semanggi, yang berada di kecamatan Pasar Kliwon, wilayah paling timur dari kota Surakarta. Selain itu, faktor sejarah asal muasal desa Semanggi tidak terlepas dari Bengawan Solo.

Menurut keterangan dari Wahyudi Widodo selaku panitia acara, Bengawan Solo mempunyai arti penting sebagai penghubung antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Pada abad ke-18 ada sebuah pelabuhan di desa Semanggi yang disebut Bandar Semanggi (Wulayu). Bandar itu merupakan bandar yang paling ramai. “Bengawan Solo dengan Bandar Semanggi merupakan faktor penting dipilihnya desa Solo sebagai tempat dibangunnya Keraton Surakarta pasca Geger Pacinan, yang saat itu telah merusak keraton Kartusoro”, jelasnya saat ditemui di depan kantor kelurahan Semanggi (29/12/13) pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline