Bangunan Monumen Jogja Kembali. Sumber: Dokumentasi Penulis
Cuaca mendung menyambut kedatangan saya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan kurang lebih selama satu jam. Ditengah gemuruh angin dan rintik hujan tidak melunturkan niat saya untuk pergi ke Monumen Jogja Kembali dalam rangka jalan-jalan sekaligus belajar
Monumen Jogja Kembali atau biasa dikenal dengan singkatan Monjali adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Monumen ini terletak di Dusun Jongkang, Kalurahan Sariharjo, Kemantren Ngaglik, Kabupaten Sleman ini berbentuk gunung yang menjadi perlambang kesuburan juga memiliki makna melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah.
Harga tiket masuk Monumen Jogja Kembali tergolong murah, yaitu sebesar Rp. 15.000. Selain monumen bersejarah dipelataran Monjali juga menyediakan berbagai macam permainan seperti mobil-mobilan (anak), sepeda, skuter listrik, perahu gowes dan sebagainya.
Berbagai macam permainan tersebut belum termasuk harga masuk jadi para pengunjung harus membayar disetiap permainannya dan juga Monjali menyediakan permainan yang tidak dipungut biaya seperti bakiak dan egrang.
“Monumen Jogja Kembali (Monjali) buka setiap hari Senin - Minggu mulai pukul 08.00 sampai pukul 16.00. Monjali dibuka kembali pada bulan November 2021 setelah dua tahun tidak menerima pengunjung dikerenakan adanya virus covid-19.
Diharapkan dengan dibuka kembali monumen ini para pengunjung dapat bermain sambil mempelajari sejarah perjuangan Yogyakarta untuk mempertahankan Republik Indonesia dari penjajahan Belanda dan juga bisa menikmati berbagai macam permainan yang ada di Monumen Jogja Kembali,” ujar Suyoko selaku petugas Monumen Jogja Kembali mengatakan
Monumen Jogja Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985. Penggagas monumen ini adalah Kolonel Soegiarto (Walikotamadya Yogyakarta). Monumen Jogja Kembali didirikan untuk memperingati peristiwa berfungsinya kembali Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia yang direbut dari penjajah Belanda. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 29 Juni 1949. Kemudian, tanggal 6 Juli 1989 Monjali diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Museum yang berbentuk kerucut ini di bangun di atas lahan seluas 49.920 m2, dengan ketinggian 31,8 meter. Memasuki area monumen pengunjung disambut dengan replika Pesawat Cureng di dekat pintu timur serta replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat.
Monumen Jogja kembali dikelilingi oleh kolam dengan empat jalan, dikolam tersebut pengunjung bisa memberi makan ikan dengan hanya membayar Rp. 1.000 per plastiknya. Terdapat sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar untuk pahlawan.