Lihat ke Halaman Asli

Fatiya Rosyidah

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya

Lika-Liku di Balik Kehidupan Pedagang Kaki Lima

Diperbarui: 28 Mei 2022   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

SWOT (Straight, Opportunities, Weaknesses,Threats)

  • Dari Dalam
  • Kekuatan dan Kelemahan
  • Dari Luar
  • Peluang dan Ancaman

Ibu N adalah seorang PKL (pedagang kaki lima) yang menjual makanan ringan seperti sempol, telur gulung, cireng. Beliau sudah berjualan di tempat tersebut kurang lebih 2 tahun dengan penghasilan kurang lebih Rp.300.000.- sd Rp.500.000.- dalam satu hari. Sebelum membuka usaha sempol beliau bekerja  serabutan. Pada saat adanya pandemi virus covid 19 beliau tidak memulai usaha dikarenakan beliau memikirkan jika penjualannya akan laku atau tidak, oleh karena itu beliau memulainya disaat pandemi ini sudah tidak merajalela dan target pasarnya ditujukan kepada anak sekolahan yang lokasinya bersebrangan dengan Madrasah As-Sa'adaah. Dengan penjualannya beliau memiliki banyak saingan disekitarnya seperti pedagang cilor, pedagang es tebu, pedagang seblak, dan lain sebagainya. Pada saat pandemi beliau belum pernah terjangkit virus covid 19 yang sangat merajalela pada saat itu.  Disamping beliau berjualan, yang sebagai penjual, beliau juga membantu tenaga kesehatan (garda terdepan) gejala penyakit Tuberkulosis atau disebut dengan TBC didesanya sendiri dengan rela hati tanpa ada imbalan dari siapapun. Sedangkan dalam segi pendidikan Ibu N, Ibu N memiliki riwayat pendidikan yang tidak sesuai dengan bidangnya yaitu bidang kesehatan. Beliau juga mengetahui tentang pendidikan yang berada disekitar tempat jualannya, seperti sekolah SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, Madrasah As-Sa'adaah, SMK Muhammadiyah 1 Gresik. Akan tetapi, ibu N belum mengetahui tentang organisasi Muhammadiyah, karena Ibu N tidak pernah menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Muhammadiyah. Akan tetapi Ibu N menyekolahkan anak-anaknya di pesantren yang berada di daerah paciran.

      Kami sebagai mahasiswa yang mendapat tugas analisis SWOT, memberikan solusi terkait permasalahan yang terjadi pada Ibu N, yaitu dengan menjelaskan apa itu muhammadiyah, menjelaskan apa saja yang ada di muhammadiyah. Kemudian memberikan bantuan melalui LAZIZMU, jadi kita menjelaskan kepada ibu N bahwa di muhammadiyah itu ada AUM yang bernama LAZIZMU. Agar di desa ibu N yang terjangkit penyakit TBC itu bisa dibantu oleh LAZIZMU seperti bisa memberikan sembako atau uang

Kelompok 6

1. Fatiya Nur Rosyidah

2. Sevilla Putri Nuraini
3. Muhammad Farhanudin
4. Dimas adittya
5. Suci Febriani
6. Nauratul Mufidah
7. Zhafira Ainun Nathifa
8. Rika apriliani

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline