Lihat ke Halaman Asli

Potensi Biofarmaka Liang Anggang: Peluang dan Tantangan Pengembangan

Diperbarui: 12 Oktober 2024   01:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Foto Survey Lapangan, 2024/dokpri

Biofarmaka, yang merupakan bahan alami dari tanaman obat, semakin populer di tengah meningkatnya tren gaya hidup sehat berbasis bahan alami. Kecamatan Liang Anggang, terletak di Kalimantan Selatan, memiliki potensi besar dalam produksi biofarmaka berkat kekayaan alam dan kondisi geografis yang mendukung pertumbuhan berbagai tanaman obat. Namun, pengembangan sektor ini menghadapi tantangan yang tidak sedikit.

Tanaman biofarmaka telah menjadi fokus utama dalam pengembangan pertanian di berbagai wilayah, termasuk di Kecamatan Liang Anggang. Komoditas biofarmaka seperti jahe, kencur, kunyit, lengkuas, lempuyang, temuireng, temulawak, kapulaga, mahkota dewa, lidah buaya, dan mengkudu telah dibudidayakan dan diproduksi secara signifikan di wilayah ini. Namun, untuk memahami lebih lanjut tentang potensi dan keunggulan komoditas biofarmaka di Kecamatan Liang Anggang, diperlukan analisis yang sistematis dan terstruktur.

Dalam laporan praktikum berjudul "Analisis Produksi dan Kebutuhan Biofarmaka di Kecamatan Liang Anggang", Saya Fatiya Nazla Putri, mahasiswa dari Universitas Lambung Mangkurat Program Studi Geografi, mengeksplorasi berbagai jenis tanaman biofarmaka yang potensial di wilayah tersebut, serta menganalisis kebutuhan biofarmaka di kalangan masyarakat setempat. Penelitian ini juga mengkaji kesenjangan antara produksi dan kebutuhan yang terus meningkat.


Fluktuasi Produksi Biofarmaka: Data Tahun 2018-2022

Berdasarkan data yang diolah dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Liang Anggang, produksi tanaman biofarmaka di wilayah ini menunjukkan fluktuasi signifikan. Total produksi biofarmaka dari 2018 hingga 2022 mencapai 28.879 kilogram, dengan jenis tanaman seperti Jeruk Nipis, Mahkota Dewa, dan Mengkudu menjadi komoditas utama. Jeruk Nipis mencatatkan produksi tertinggi pada tahun 2021, mencapai 7.000 kg, sementara tanaman lainnya seperti Jahe, Kencur, dan Kunyit memiliki produksi yang lebih rendah.

Sumber: Data Sekunder Sudah Diolah, 2024

Sumber: Data Sekunder Sudah Diolah, 2024


Namun, produksi biofarmaka di Liang Anggang belum konsisten. Beberapa tanaman seperti Dlingo/Drigo, Kapulaga, dan Temuireng bahkan tidak diproduksi sama sekali selama lima tahun tersebut. Tantangan utama dalam menjaga stabilitas produksi adalah faktor cuaca, keterbatasan lahan, serta kurangnya pengetahuan petani tentang budidaya tanaman obat yang baik.

Kesenjangan Antara Produksi dan Kebutuhan

Penelitian ini juga menemukan adanya kesenjangan antara produksi biofarmaka dan kebutuhan masyarakat. Permintaan terhadap produk-produk herbal meningkat, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan alami. Namun, kapasitas produksi lokal masih jauh dari mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ini. Misalnya, pada 2022, kebutuhan biofarmaka jenis Jahe diperkirakan mencapai 1.460 gram per orang per tahun, sementara produksi lokal hanya 602 kg.

Sumber: Data Sekunder Sudah Diolah, 2024

Kesenjangan ini membuka peluang bagi para petani di Liang Anggang untuk meningkatkan produksi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Edukasi dan pelatihan kepada petani mengenai teknik budidaya yang lebih efektif, serta penggunaan teknologi modern dalam pertanian, menjadi solusi yang diharapkan mampu meningkatkan produktivitas.
Peluang Pengembangan dan Dukungan Pemerintah

Sumber: Data Sekunder Sudah Diolah, 2024

Sektor biofarmaka di Kecamatan Liang Anggang memiliki peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Dengan dukungan pemerintah daerah, pengembangan industri biofarmaka dapat menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Kebijakan yang mendukung seperti pemberian subsidi, pembinaan petani, serta penguatan rantai pasok, dapat membantu sektor ini tumbuh secara berkelanjutan.
Selain itu, kemitraan dengan industri farmasi dan pengembangan pasar domestik maupun internasional untuk produk biofarmaka lokal akan memberikan dorongan tambahan bagi pertumbuhan sektor ini. Jika produksi dapat ditingkatkan, Liang Anggang memiliki potensi untuk menjadi salah satu pusat produksi biofarmaka di Kalimantan Selatan.

Kesimpulan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline