Lihat ke Halaman Asli

Fatiya AhdiyatuRidwan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidatiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mengupas Novel "Sang Pemimpi" by Andrea Hirata

Diperbarui: 3 Mei 2023   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Ketika kita mendengar nama Andrea Hirata, pasti yang terlintas didalam pikiran kita adalah kisah laskar pelangi, Novel yang banyak digemari oleh berbagai kalangan yang mana telah membuat nama Andrea Hirata ini dikenal sebagai penulis di Indonesia oleh masyarakat luas.

Tidak berhenti sampai disitu, novelis Indonesia yang berasal dari provinsi bangka belitung ini menciptakan karya lainnya yang tidak kalah menarik. Salah satu karyanya adalah "Sang Pemimpi".

Novel Sang Pemimpi merupakan kelanjutan dari novel Laskar Pelangi, novel ini bercerita tentang kisah persahabatan tiga orang remaja SMA yakni Ikal, Arai, dan Jimbron. Mereka tinggal dibelitung dan bersekolah di Manggar, SMA Negeri pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Mereka bertiga bekerja paruh waktu sebagai kuli dipasar ikan untuk mencukupi kebutuhan sekolahnya.

Tokoh utama dalam novel ini adalah ikal, seorang remaja dari keluarga yang kurang mampu ini sangat mengidolakan H.Roma Irama. Ia suka mengutip kalimat " Darah muda adalah darahnya para remaja". Sedangkan tokoh lain yang bernama Arai adalah anak yang paling cerdas diantara mereka bertiga. Arai juga senang mengutip kalimat - kalimat inspiratif, salah satunya ialah "Tak semua yang bisa dihitung bisa diperhitungkan dan tak semua yang diperhitungkan bisa dihitung".

Selain itu, tokoh bernama Jimbron sahabat Ikal dan Arai memiliki pengetahuan yang sangat luas mengenai kuda. Jimbron merupakan anak yang sangat tulus, ia merupakan seorang yatim piatu yang mendapatkan bimbingan dari pastur katolik.

Tidak berbeda dengan anak remaja lainnya. Mereka bertiga sering membuat masalah. Misalnya, mereka pernah mengejek Pak Mustar pada saat upacara pagi, Pak Mustar merupakan salah satu guru di SMA Negeri pertama Manggar. Aksi yang mereka lakukan itu membuat Pak Mustar marah.

Ketika mereka bertiga telah lulus SMA, Ikal dan Arai pergi untuk berkuliah di Jakarta sedangakan Jimbron tetap di Belitung. Perpisahan saat itu tidak dapat dihentikan. Sebelumnya, Jimbron memberikan celengan berbentuk kuda sebagai salam perpisahan kepada Ikal dan Arai. Ia memberikannya agar mereka berdua bisa menabung untuk berkuliah di Eropa sama seperti yang mereka impikan.

Beberap tahun Kemudian, Ikal berhasil meraih gelar sarjanah Ekonomi dari Universitas Indonesia. Ia telah menjadi orang sukses berkat kegigihannya. Di sisi lain, Arai pun juga berhasil meraih gelar cumlaude dari Universitas Mulawarman jurusan biologi di Kalimantan. Tak lama setelah itu mereka berdua pun dipertemukan dan membuat proposal untuk melanjutkan pendidikan di Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline