Kulihat Alexander Christie coklat ditanganku. Sudah pukul 22.30, gumamku.
"Sayang, aku pulang ya. Udah jam setengah sebelas." Kataku kepada kekasihku yang masih asyik memeluk pinggangku dari belakang.
Lima belas detik berlalu tanpa jawaban. Ku lirik bahu kananku dengan ujung mata. Ah, sudah ku duga.
Aku mencoba melepas tangannya yang melingkar di pinggangku.
"Ughh... kenapa sih... kok di lepas..." Akhirnya dia menjawab. Masih dengan setengah ngantuk. Memang ini cara paling ampuh membangunkannya.
"Udah jam setengah sebelas, Sayang. Udah malem banget nih. Mama udah sms suruh pulang." Kataku berbohong.
"Tumben Mama kamu sms, Sayang." Katanya sambil menciumi telinga dan turun ke leherku.
Aku langsung balik badan dengan gerakan cepat sehingga kami berhadapan. "Ya gimana lagi, anak nya kan 'lembur' tiap hari." Kataku sambil tersenyum menyindir.
Dia yang mengerti maksudku hanya tersenyum saja masih dengan tangannya melingkar dipinggangku.
"Kapan kita nikah? Aku pengen terus sama kamu. Tidur semalaman sambil peluk kamu."
"Makanya kamu harus semangat cari modal nikahnya dong, Sayang. Ini selalu ngeluh kalau panas atau hujan, padahal kerjaan kamu memang selalu di luar ruangan."