Sejak tahun 1997 Tiongkok dan Kamboja telah melakukan berbagai kerja sama dimulai ketika Kamboja terjadi pertikaian politik antara Hun Sen dan Norodom Sihanouk. Kedekatan Tiongkok dan Kamboja dibuktikan dengan, Tiongkok merupakan negara pertama yang mengakui pergantian pemerintahan Kamboja setelah terjadinya pertikaian politik. Kemudian, Tiongkok menjadi negara pendonor Kamboja dengan memberikan bantuan meliputi 116 truk kargo militer dan 70 mobil jip dan aset dengan jumlah nilai 2,8 Juta USD.
Belt and Road Initiative (BRI) pertama dikenal sebagai proyek besar dengan tujuan meningkatkan konektivitas dan interaksi ekonomi antara negara Asia, Afrika, dan Eropa. Dalam proyek ini, Tiongkok berupaya untuk membangun kembali kejayaannya di Jalur Sutra. Pada jalur sutra inilah Tiongkok berpendapat bahwa BRI akan menjadi tujuan peningkatan ekonomi dan diplomatik terhadap negara yang akan dilaluinya. Dalam hal ini, Belt dan Road Initiate (BRI) dapat berfungsi terhadap pembangunan luar negeri dan kepentingan ekonomi Tiongkok. Tiongkok juga dapat mendapatkan keuntungan lain yaitu ketergantungan negara-negara yang menjadi mitra terhadap Tiongkok, seperti Kamboja.
Pasca diumumkannya BRI pada tahun 2013 lalu, kerja sama ekonomi antara Tiongkok dan Kamboja menunjukan kenaikan signifikan pada saat itu dibuktikan dengan adanya pembangunan SSEZ. Selain itu, adanya pembangunan pembangkit listrik, pembangunan wilayah pariwisata Golden Silver Golf Resort, meluasnya komoditas perdagangan antara kedua negara, dan fasilitas penunjang ekonomi lain seperti bandara dan pelabuhan. Kesepakatan BRI ini juga berdampak bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah pembangunan tersebut terutama wilayah yang nantinya dijadikan pusat keluar masuknya barang ke Kamboja.
Golden Silver Gulf Resort merupakan proyek pembangunan kerja sama antara Tiongkok dan Kamboja untuk menunjang pariwisata. Biaya pembangunan resort tersebut memiliki estimasi biaya pembangunan sebesar 5 Miliar USD yang diperoleh dari dana investasi BRI.
BRI juga memberikan kenaikan 68% terhadap Tiongkok dan Kamboja pada sektor perdagangan. Tanpa adanya BRI proyeksi kerja sama ekonomi antara Tiongkok dan Kamboja mungkin tidak memiliki kesempatan terhadap investasi yang besar. Kamboja sendiri merupakan negara yang sangat memerlukan investasi dan kerja sama ekonomi dengan negara lain untuk membangun negaranya. BRI memberikan miliaran dolar bagi Kamboja untuk mendorong pembangunan ekonomi.
Tanpa BRI, fasilitas penunjang ekonomi di Kamboja memungkikan untuk berkurang, sehingga hal tersebut berdampak pada signifikannya kerja sama ekonomi yang dilakukan. Tanpa BRI kenaikan ekonomi sebesar 68% mungkin akan sulit tercapai. Kerja sama ekonomi Tiongkok dan Kamboja tanpa adanya Belt and Road Initiative (BRI) dapat menyebabkan hilangnya kesempatan Tiongkok dan Kamboja dalam akses jutaan lapangan pekerjaan.
Pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang dipastikan mampu mendapat keuntungan banyak dan mampu menciptakan banyak lapangan pekerjaan juga berpotensi untuk hilang. Kerja sama antara Tiongkok dan Kamboja dalam BRI meningkatkan keuntungan di berbagai sektor antara lain.
Pertama, pembangunan Sihanoukville Special Economic Zone (SSEZ). SSEZ merupakan salah satu proyek yang menjadi fokus investasi BRI di Kamboja. Kamboja dan Tiongkok diuntungkan atas dibangunnya wilayah tersebut dengan mendapatkan fasilitas penunjang bagi perkembangan ekonomi dan membuka peluang bagi 30.000 lebih pekerja bagi orang-orang Kamboja. Kedua, meningkatnya kerja sama ekonomi pada sektor energi.
Di Tengah mahalnya listrik dan jumlahnya yang terbatas, Tiongkok menawarkan investasi listrik dengan diadakannya pengembangan hydropower dan tenaga listrik batu bara dengan nilai investasi sebesar 1,8 Miliar USD dengan kapasitas listrik sebesar 915 Megawatt. Kerja sama ini memberikan Kamboja keuntungan dengan harga listrik yang rendah dan meluasnya akses masyarakat pada penggunaan listrik.
Ketiga, meningkatnya kerja sama ekonomi sektor perdagangan. Kedekatan hubungan antara Kamboja dan Tiongkok yang menyebabkan perdagangan diantara keduanya mengalami peningkatan. Perdagangan bilateral mencakup pertanian, garmen, kendaraan, elektronik menjadi sektor prioritas. Dalam hal ini terjadi peningkatan yang juga dipengaruhi oleh munculnya BRI. BRI dinilai mampu untuk meningkatkan perekonomian Kamboja sekaligus kerja sama ekonomi Kamboja dengan Tiongkok. Di Lain sisi, Tiongkok juga mendapatkan keuntungan dari program ini dengan meningkatnya ekspor Tiongkok ke Kamboja. Keempat, meningkatnya kerja sama ekonomi sektor pariwisata.
Dalam program BRI, Kamboja telah mendapatkan keuntungan dari Tiongkok melalui investasi sebesar 4,2 Miliar di wilayah pesisir selatan Sihanoukville yang mencakup pembangunan penunjang pariwisata, hotel dan resort serta apartment. Tiongkok dan kamboja juga sepakat untuk menambah 15 maskapai penerbangan dengan tujuan mendorong masuknya wisatawan ke Tiongkok dan Kamboja.