Lihat ke Halaman Asli

Literasi Phooty

Menghabiskan waktu dengan mengajar dan belajar. Menyukai kedamaian dan secangkir coklat hangat☕

Puisi: Gusti Panciku Bolong

Diperbarui: 8 Mei 2024   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi panci bolong oleh Wijaya Adijarto

Gusti panciku bolong. Padahal itu satu-satunya panci yang kupunya. Jadi, aku tidak bisa membuangnya

Gusti, masakanku tak pernah lagi matang. Api untuk menanak pun akan memudar, tapi panci itu bagian diriku. Aku tak bisa membuang.

Gusti, padahal yang dapat menyambung hidupku masakan dalam panci, tapi mengapa aku terikat panci bolong? 

Aku sudah pernah mencoba membawanya ke reparasi, tapi dia hanya sibuk mengelus, melihat sana-sini, atau mengomentari "beli baru lah wak"

Alamak Gusti, padahal sudah kubilang itu bagian dari diriku. Tanpa panci aku mati.

Namun, itu berbeda kalau gustiku berkenan mengganti.

Jadi Gusti boleh aku minta ganti?

Itu panci sudah bolong sana-sini

Kalau memang tidak bisa, bolehkah ngebon? Aku kucoba perbaiki lagi.

08/05/2024

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline