Pengertian Aliran Behaviorisme
Behaviorisme, atau teori perilaku, adalah aliran dalam filsafat dan psikologi yang menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati sebagai satu-satunya data yang relevan dalam studi ilmiah tentang manusia dan hewan. Aliran ini menolak introspeksi dan penekanan pada pengalaman subjektif atau mental, dengan berargumen bahwa pengetahuan tentang pikiran harus didasarkan pada apa yang bisa dilihat dan diukur secara objektif. Behaviorisme berkembang sebagai reaksi terhadap aliran psikologi yang lebih introspektif, seperti psikologi fungsional dan struktural, yang terlalu mengandalkan metode subjektif.
Prinsip-Prinsip Dasar Behaviorisme :
- Fokus pada Perilaku yang Dapat Diamati, Inti dari behaviorisme adalah gagasan bahwa hanya perilaku yang dapat diamati secara langsung yang layak dijadikan subjek penelitian ilmiah. B.F. Skinner, salah satu tokoh utama behaviorisme, mengembangkan teori "kondisioning operan," di mana perilaku dipahami sebagai fungsi dari konsekuensi yang mengikutinya. Misalnya, perilaku yang diikuti oleh penguatan (reward) cenderung diperkuat dan lebih mungkin terjadi di masa depan, sedangkan perilaku yang diikuti oleh hukuman cenderung melemah.
- Penolakan terhadap Mentalisme, Behaviorisme menolak konsep-konsep seperti kesadaran, pikiran, atau perasaan yang dianggap terlalu subjektif dan tidak dapat diukur secara ilmiah. Para behavioris percaya bahwa karena fenomena mental tidak bisa diamati secara langsung, mereka sebaiknya tidak dijadikan fokus dalam penelitian. John B. Watson, pendiri behaviorisme, berargumen bahwa untuk membuat psikologi menjadi ilmu yang sahih, fokus harus dialihkan dari studi tentang kesadaran ke studi tentang perilaku.
- Kondisioning dan Pembelajaran, Behaviorisme menekankan peran lingkungan dalam membentuk perilaku melalui proses pembelajaran. Ada dua jenis utama kondisioning yang diakui oleh behaviorisme: kondisioning klasik dan kondisioning operan. Kondisioning klasik, yang diperkenalkan oleh Ivan Pavlov, melibatkan pembelajaran hubungan antara dua rangsangan, sedangkan kondisioning operan, yang dikembangkan oleh Skinner, melibatkan pembelajaran hubungan antara perilaku dan konsekuensinya.
- Eksperimentalisme dan Kontrol, Pendekatan behavioristik cenderung menggunakan metode eksperimental yang ketat, dengan fokus pada kontrol variabel untuk memahami hukum perilaku. Penelitian laboratorium dan eksperimen dengan hewan sering digunakan untuk menggali prinsip-prinsip umum perilaku yang kemudian diterapkan pada manusia. Misalnya, eksperimen Pavlov dengan anjing dan lonceng yang menghasilkan air liur memberikan dasar bagi pemahaman tentang asosiasi stimulus-respon.
Behaviorisme memiliki pengaruh besar di berbagai bidang, termasuk pendidikan, terapi, dan modifikasi perilaku. Dalam pendidikan, teori behaviorisme mempengaruhi metode pengajaran yang berbasis pada penguatan positif dan negatif untuk meningkatkan pembelajaran. Dalam terapi, prinsip-prinsip behaviorisme digunakan dalam terapi perilaku kognitif (CBT) untuk membantu individu mengubah perilaku maladaptif. Meskipun behaviorisme memiliki pengaruh besar, ia juga menghadapi kritik. Salah satu kritik utama adalah bahwa behaviorisme dianggap terlalu reduksionis, mengabaikan kompleksitas manusia dengan memfokuskan hanya pada perilaku yang dapat diamati. Kritikus juga berpendapat bahwa mengesampingkan proses mental internal membatasi pemahaman tentang banyak aspek perilaku manusia, seperti motivasi dan emosi. Selain itu, teori-teori kognitif yang muncul kemudian, seperti psikologi kognitif, berargumen bahwa memahami proses mental internal adalah penting untuk memahami perilaku secara keseluruhan.
Implementasi dalam pembelajaran
Behaviorisme memainkan peran penting dalam pembelajaran melalui prinsip-prinsip penguatan dan asosiasi. Berikut adalah cara-cara spesifik behaviorisme diimplementasikan dalam pembelajaran:
- Penguatan Positif dan Negatif, Penguatan adalah dasar utama dari implementasi behaviorisme dalam pendidikan. Penguatan positif melibatkan pemberian hadiah atau penghargaan untuk mendorong perilaku yang diinginkan. Misalnya, seorang guru dapat memberikan pujian, bintang, atau hadiah kepada siswa yang menyelesaikan tugas dengan baik. Penguatan negatif mengacu pada penghapusan stimulus yang tidak menyenangkan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan. Sebagai contoh, seorang siswa mungkin diberikan penghapusan tugas tambahan jika mereka menunjukkan peningkatan dalam keterampilan tertentu. Kedua jenis penguatan ini bertujuan untuk meningkatkan frekuensi perilaku yang diinginkan dengan cara yang dapat diukur.
- Hukuman dan Konsekuensi, Selain penguatan, hukuman digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Hukuman dapat berupa konsekuensi negatif yang diterapkan setelah perilaku yang tidak diinginkan terjadi, seperti teguran, kehilangan hak istimewa, atau hukuman fisik (yang kini umumnya tidak dianjurkan dalam pendidikan modern). Konsekuensi ini dirancang untuk mengurangi kemungkinan perilaku yang tidak diinginkan terulang kembali. Meskipun efektif dalam jangka pendek, hukuman sering dikritik karena dapat menimbulkan efek samping negatif, seperti ketakutan atau penurunan motivasi intrinsik.
- Pemodelan dan Simulasi, Pemodelan atau pembelajaran observasional adalah teknik di mana siswa belajar dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain. Dalam konteks kelas, seorang guru dapat bertindak sebagai model dengan menunjukkan perilaku yang diinginkan, seperti cara mengerjakan masalah matematika atau menulis esai. Simulasi dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang meniru situasi nyata, memberikan siswa kesempatan untuk berlatih keterampilan dalam konteks yang terkendali.
- Latihan dan Pengulangan, Latihan berulang adalah strategi behavioristik untuk memperkuat pembelajaran melalui pengulangan. Metode ini sering digunakan dalam mempelajari keterampilan dasar seperti menulis, membaca, atau berhitung. Dengan *drill and practice*, siswa secara konsisten melakukan tugas-tugas tertentu sampai keterampilan tersebut dikuasai. Ini sejalan dengan prinsip bahwa pembelajaran dapat diperkuat melalui pengulangan dan praktik terus-menerus.
- Pembelajaran Bertahap (Shaping), Shaping adalah teknik behavioristik di mana guru memberikan penguatan secara bertahap untuk perilaku yang mendekati perilaku yang diinginkan. Dalam pembelajaran, ini berarti memberikan pujian atau hadiah untuk langkah-langkah kecil yang menunjukkan kemajuan menuju keterampilan yang lebih kompleks. Misalnya, dalam pembelajaran membaca, seorang siswa mungkin diberi pujian saat mereka mengenali kata-kata sederhana, kemudian kalimat, dan akhirnya paragraf.
- Manajemen Kelas dan Sistem Token, Dalam manajemen kelas, sistem token sering digunakan untuk mengatur perilaku siswa. Siswa diberikan token (seperti stiker, poin, atau kartu) untuk perilaku baik atau penyelesaian tugas, yang kemudian dapat ditukar dengan hadiah. Sistem ini membantu memotivasi siswa dan memberikan cara yang nyata untuk melacak kemajuan mereka dalam perilaku dan akademik.
- Instruksi Langsung dan Pembelajaran Terprogram, Instruksi langsung melibatkan guru yang memberikan informasi secara eksplisit dan langsung kepada siswa, memastikan bahwa semua siswa menerima informasi yang sama. Pembelajaran terprogram adalah bentuk lain dari pendekatan behavioristik, di mana materi pelajaran disajikan dalam urutan kecil, terstruktur, dan siswa maju ke langkah berikutnya setelah menunjukkan penguasaan langkah sebelumnya. Pendekatan ini memastikan bahwa pembelajaran berlangsung dalam urutan yang logis dan berkesinambungan.
Kesimpulan
Implementasi aliran behaviorisme dalam pembelajaran menekankan peran penting penguatan, hukuman, dan asosiasi dalam membentuk perilaku siswa. Dengan menggunakan strategi seperti penguatan positif dan negatif, hukuman, pemodelan, latihan berulang, pembelajaran bertahap, sistem token, dan instruksi langsung, pendidik dapat mempromosikan perilaku akademik dan sosial yang diinginkan. Meskipun pendekatan ini efektif dalam berbagai konteks pendidikan, penting untuk menggunakannya secara bijaksana dan seimbang dengan metode pembelajaran lainnya untuk mendukung perkembangan siswa secara holistik.
Behaviorisme telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan ilmu psikologi dan pemahaman perilaku manusia. Dengan menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati dan peran lingkungan dalam pembelajaran, behaviorisme memberikan kerangka kerja yang berguna untuk penelitian empiris. Meskipun menghadapi kritik, pendekatan ini tetap berpengaruh dan relevan, terutama dalam konteks yang menuntut pendekatan ilmiah yang ketat terhadap studi perilaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H