Lihat ke Halaman Asli

Fatimah Zahra

Mahasiswa

Menarik!!! Inilah Makna Dibalik Motif Baju Kerawang Gayo

Diperbarui: 4 September 2024   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memakai pakaian adat gayo (dokpri)

Upuh Kerawang merupakan nama dari kumpulan motif Kerawang Gayo Lues yang dibuat dari kain dasar berwarna hitam, biasanya mereka menyebutnya dengan ruje ni payung tepi atau dengan kata lain merupakan kain dari bahan satin halus, dengan ukuran 120 x cm persegi panjang (sumber: Dekranas Kabupaten Gayo Lues, 2008:1). Motif-motif yang terdapat di dalam Upuh Kerawang merupakan motif yang di dapat dari hasil karya cipta manusia yang dari bentuk dan kondisi alam di tanah Gayo. "Kerawang Gayo merupakan busana adat Gayo yang biasanya di pakai saat melangsungkan acara resepsi pernikahan, acara adat dan budaya secara turun temurun".

Biasanya dalam pembuatan Upuh Kerawang Gayo Lues ini sendiri lebih banyak menggunakan motif rinu yang berbentuk seperti bola-bola kecil berwarna putih, dan juga motif Rempelis yang berbentuk garis-garis lurus berwarna kuning emas dan coklat berdampingan dengan motif rinu, selain dua motif tersebut ada juga motif lain yang terdapat dalam Upuh Kerawang Gayo Lues ini yaitu motif bunge ni tuis yang memiliki bentuk motif segitiga yang dikelilingi oleh motif rinu pada pada pinggiran motifnya, dan adanya motif Tumpang Paleng dan juga pucuk ni tuis pada ujung pinggiran Upuh Kerawang. Motif dasar Kerawang Gayo Aceh Tengah pada awalnya hanya terdiri dari lima motif yakni Tapak Seleman, Tali Puter Tige, Mata Ni Lao, Pucuk Nituis, dan Emun Berkune, tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi para sarjana yang membuat motif-motif tersebut sesuai makna dan fungsi yang terkandung di dalamnya sehingga menjadi 11 motif.

Kelompok 8 Desa Nalon  (dokpri)

Saya merupakan salah satu peserta KKN Melayu Serumpun V PTKIN Se-Sumatera 2024 di Aceh Timur sangat bangga bisa mengenakan pakaian adat gayo tersebut secara langsung dari warga setempat dan membahas tentang bagaimana cara pembuatan nya serta makna dibalik motif-motif yang terkandung didalam kain tersebut, diantaranya 

Motif emun beriring merupakan repsentasi dari awan, yang senantiasa hadir silih berganti dalam bentuk gumpalan dinamis, selalu bergerak dan berubah bentuk. Motif ini merupakan simbol kesatuan, yang kokoh dalam kehidupan bermasyarakat ketika menempatkan diri pada saat dimana posisi kita berada, dan menyesuaikan dengan keahlian serta kemampuan masing-masing. Emun Berkune
Motif ini memiliki arti "berat sama dipikul ringan sama dijinjing". Rante Melambangkan kebersamaan dan kebersatuan dalam melaksanakan sesuatu dan ketika dalam memegang suatu tanggungjawab. 

Pucuk nituis motif ini berbentuk seperti tunas bambu/segitiga yang bergerigi dengan banyak tujuh garis yang mengibaratkan jumlah kewajiban manusia terhadap penciptanya. Puter Tali motif ini mempunyai definisi yang beragam tergantung dari perspektif orang yang memandang, seperti halnya pada pepatah "ratip musara anguk, nyawa musara peluk mowen sara tamunen" yang seia, searah haluan, senasip sepenanggungan, tinggal bersama dalam satu kesatuan. Tapak Seleman, Empat unsur yang mempunyai tanggungjawab yang besar sehingga diharapkan bisa merealisasikan dan melestarikan adat istiadat, kebudayaan, agama, pemerintahan dan juga pendidikan dan Mata Ni lao bersumber kehidupan segala mahluk yang ada di muka bumi ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline