Lihat ke Halaman Asli

fatimah tasya

pelajar mahasiswa

Kehidupan Anak yang Berjuang Demi Kebutuhan Hidup

Diperbarui: 26 April 2022   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai guys sekarang udah mendekati lebaran yaa... ga kerasa juga nih kalau lebaran udah tinggal beberapa hari lagi. Hmm tepatnya sih kalau dihitung muali hari ini, kurang sekitar 6 hari lagi. Harus tetep semangat yaa puasanya, walaupun udah mau selesai, kalau bisa sih lebih rajin dan semangat ibadahnya, karena ini sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Semoga yaa buat kita semua bisa mendapatkan Malam Lailatul Qadar, karena pada malam itu adalah malam kemuliaan yang kalau kita memperbanyak ibadah, kita seperti ibadah di seribu bulan. Nah maka dari itu, kita harus saling mengingatkan sesama muslim, agar kita bisa mendapat berkahnya juga, Amin...

Okay kali ini aku akan membahas artikel tentang orang yang kurang mampu. Jadi kemarin hari aku dan teman-temanku pergi untuk mewawancarai salah satu orang yang kami temui di salah satu Mall besar di Malang. Disana kami bertemu dengan dua orang anak yang duduk di tangga Mall sambil berjualan kue, seperti kue pukis dan roti Boy. Awalnya kami masih memperhatikan dua anak tersebut sembari mereka melayani beberapa orang yang membeli dagangannya. Nah ketika mulai sepi, salah saru dari teman kami memanggilnya untuk diajak berbicara di salah satu cafe di Mall tersebut, dan Alhamdulillah-nya anaknya mau untuk sedikit kami tanya-tanya seputar kehipudan mereka.

Setelah dua anak tersebut telah bersama kami. Kami mulai menanyakan beberapa pertanyaan, dan sebenernya kami hanya ngobrol tentang hal-hal yang ringan saja. Oiyaa ternyata dua anak tersebut adalah saudara, mereka kakak beradik. Kakaknya tadi bernama Suhendra, dan ia berjualan sambil membawa adiknya.

Jadi si Hendra ini adalah anak yang memotivasi saya untuk lebih bersyukur dalam menjalani hidup ini. Karena di umurnya yang masih sekitar 14 atau 15 tahun ia sudah membantu orang tuanya untuk mencari uang, tidak seperti kami yang masih menjadi beban keluarga. Ia berjualan sambil membawa adiknya yang masih kecil sekitar umur 7 tahun gitu. Alasan ia membawa adiknya ikut berjualan, yaitu karena jika adiknya di rumah maka tidak ada orang yang menjaga dan mengawasinya. Jadi Hendra membawa adiknya untuk ikut bersamanya.

Oiyaa Hendra ini ia sedang duduk di bangku SMP kelas 2. Jadi bagaimana sih Hendra ini bisa membagi waktunya, antara belajar dan bekerja? Jadi Hendra ini berjualan hanya saat ia selesai sekolah atau waktu liburan saja, pokoknya ia bekerja tanpa mengganggu waktu belajarnya. Dan jika dia ada PR, dia bisa mengerjakan di tempat les atau dibantu sama kakaknya. Di sekolahnya pun ia tidak pernah mendapat ejekan atau perundungan yang terjadi pada dirinya, keren banget sih diumur yang masih sangat mudah dan bisa dibilan ini tuh adalah umur umur dimana anak lagi bandel-bandelnya, umur dimana keasikan main sampai lupa waktu. Aku bisa bilang gini emang karena aku punya adik yang umurnya sepantaran sama Hendra. Tapi bedanya adikku ini banyak menghabiskan waktunya untuk bermain main saja.

Orang tua dari Hendra ini, mereka juga bekerja. Ayah Hendra bekerja sebagai pemulung di perumahan yang dekat dengan Universitas Brawijaya, dan ibunya bekerja sebagai pembantu, yang biasa bantu bantu di rumah tetangga. Berkat kerja keras keluarga Hendra ini, mereka bisa mencukupi kehidupan mereka sehari-hari, Alhamdulillah yaa. Bahkan untuk membiayai Hendra dan adik-adiknya sekolah juga masih mampu.

Hendra biasanya mulai berjualan saat sepulang sekolah, sekitar pukul 3 sore sampai habis atau sampai menjelang maghrib. Nah Hendra ini kan menjual kue pukis dan roti boy mini, ia menjual dengan harga Rp2000. Jadi Hendra ini mengambil atau menjual lagi dari seseorang, ia hanya ambil untung sebesar Rp500 saja per bijinya, ia mengambil itu seharga Rp1.500. Dan setiap jualan, ia mengambil sebanyak 100 biji kue. Dan katanya dagangannya itu sering habis ketimbang tidak. Untuk pendapatannya selama sehari itu ternyata bisa sampi Rp200.000 loh, ga main main kan, nah itu kalau habis. Kalau tidak habis, bagaimana yaa nasih dari kue-kue tersebut? Ternyata kalau dagangannya ga habis atau masih ada sisa, keluarga Hendra membagikan dagangannya kepada tetangga dan saudara-saudara yang lain. Katanya sih kalau musim hujan gini yang sepi, kalau cuaca cerah itu kemungkinan besar dagangannya selalu habis terjual.

Oiyaa ternyata Hendra ini memang memiliki inisiatif sendiri untuk memulai berjualan dan membantu ekonomi keluarganya. Dan beruntungnya dan Alhamdulillah orang tua Hendra mendukung apa yang akan Hendra lakukan ini. Dan ternyata Hendra ini juga memiliki mimpi yang besar dalam bidang pendidikan. Ia tak mau berhenti sekolah, ia ingin terus sekolah, maka dari itu harus bekerja keras untuk bisa membayar uang SPP sekolanya. Nah untuk hasil dari jualan, ia selalu memberikan kepada ibunya, lalu ibunya lah yang membaginya kepada semua saudara-saudara Hendra.

Setelah lama kami ngobrol dengan Hendra, kami semua memutuskan untuk membeli dagangan Hendra. Dari sini saya mendapat banyak pelajaran yang bisa diambil untuk hidup. Yaitu kita harus sangat bersyukur sama apa yang kita miliki saat ini, apapun itu. Bisa jadi hal yang kita miliki mungkin terlihat biasa saja untuk kita, tetapi bagi orang seperti Hendra bisa saja menjadi hal yang sangat berharga. Jadi apapun keadaan dan kondisi kita, kita harus selalu mensyukuri itu, karena itu semua adalah pemberian dari Allah SWT yang harus selalu kita syukuri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline