Rasa cemas dan deg-degan ketika kita ingin tampil didepan tamu penting, melakukan interview kerja, atau saat ingin menyampaikan pidato memang tidak dapat dihindari lagi bagi setiap orang. Namun, ternyata ada beberapa orang yang tidak hanya merasa cemas pada momen-momen tertentu saja, tetapi hampir pada setiap momen dihidup mereka dimana mereka merasa seperti sedang dinilai oleh orang lain, bahkan di momen biasa seperti saat kumpul bersama teman. Rasa cemas bagi beberapa orang ini sudah merupakan bagian dari kepribadian mereka dan bukan hanya sekedar keadaan yang sementara.
Dalam psikologi, ada sebuah teori yang bernama self-presentation theory. Teori ini menyimpulkan bahwa manusia ingin sekali memperlihatkan dirinya dalam cara yang bisa membuat mereka memiliki impresi yang bagus. Nah, implikasi dari teori tersebut berbanding lurus dengan konsep social anxiety atau rasa kecemasan yang selalu dialami oleh beberapa orang. Orang yang memiliki social anxiety biasanya merasa bahwa mereka harus mendapatkan impresi ataupun penilaian yang baik di mata orang lain, padahal diri mereka sendiri saja ragu atau mereka tidak percaya akan kemampuan yang dimiliki dirinya.
Kecemasan sosial pada dasarnya pasti memang akan dialami oleh semua orang, akan tetapi kita tentunya bisa meminimalisir rasa cemas itu dari dalam diri kita sendiri. Karena penyebab utama dari kecemasan itu sebenarnya adalah pikiran dan rasa ketakunan kita sendiri. Tidak jarang pasti kita merasa tidak cukup baik dimata orang lain, padahal kunci dari semua itu adalah rasa kepercayaan diri kita dan keyakinan yang kita tanamkan dalam diri kita terlebih dahulu karena niscaya hal itu akan terlihat dimata orang lain dan membuat orang itu memiliki persepsi yang sama dengan cara kita menilai diri kita sendiri.
Faktanya, penelitian mengungkapkan bahwa pemikiran dan perasaan cemas akan pembuktian diri dan sangat ingin terlihat bagus didepan orang lain malah seringkali memberikan kesan yang sebaliknya. Sebaiknya memang kita menjadi diri kita sendiri saja, tidak banyak berpikir hal buruk yang akan terjadi melainkan fokus dengan pemikiran mengenai hal terbaik yang ada dalam diri kita dan berusaha secara maksimal mengembangkan hal itu.
Sumber: David Myers, Social Psychology 11th ed (2013).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H