Lihat ke Halaman Asli

St. Fatimah

Fatimah Latif

Gambaran Umum Praktik Pembelajaran Kelas Rangkap dan Solusi Pelaksanaannya

Diperbarui: 31 Mei 2021   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh Fatimah Latif

Dalam Undang-undang tahun 1945 pasal 31 menjelaskan tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan.  Namun faktor georgrafis dari wilayah Indonesia yang kadang menjadi tantangan dalam pemerataan pendidikan.

Di beberapa  daerah, masih ditemukan adanya kondisi-kondisi spesifik, yang membuat kelompok anak-anak tertentu  menjadi rentan, untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Serta kurangnya tenaga pengajar yang kadang menjadi alasan sehingga pelaksanaan  pembelajaran kelas rangkap dilakukan.

Selain itu, hal lain yang menjadi alasan dilaksanakannya pembelajaran PKR adalah ruang kelas yang kurang.  Sehingga solusi satu-satunya agar pembelajaran tetap berlanjut yakni pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.

Dewasa ini, praktik pembelajaran kelas rangkap masih menyimpang dari gambaran pembelajaran kelas rangkap yang ideal. Umumnya pelaksanaan pembelajaran berlangsung hanya secara bergilir. Sehingga waktu terbuang begitu banyak dan percuma.

Pemanfaatan sumber belajar pun kurang maksimal, serta interaksi guru terhadap murid masih kurang.  Hal ini mengakibatkan pembelajaran terkesan membosankan dan bersifat memaksakan. Sehingga hasil yang diharapkan jauh dari semestinya. Banyak yang beranggapan bahwa pembelajaran kelas rangkap mengakibatkan prestasi siswa menurun, padahal itu tidak benar adanya.  

Namun, Hal tersebut terjadi karena adanya penyimpang dalam praktik pembelajaran kelas rangkap diantaranya:

1.Pelaksanaan Pembelajaran secara Bergilir (Pembelajaran Duplikasi)
Pelaksanaan pembelajaran secara bergilir merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara bergantian, di mana seorang guru mengajar di satu kelas dengan menjelaskan materi kemudian memberikan tugas. Begitu pun saat guru tersebut berpindah pada kelas lainnya melakukan kegiatan yang sama, sehingga kesannya hanya menjalankan kewajiban tanpa adanya proses belajar  mengajar yang diharapkan dalam pembelajaran kelas rangkap.

2.Pemborosan Waktu
Pemborosan waktu terjadi saat mondar-mandir berpindah kelas tanpa perencanaan yang tepat. Guru sekedar menjelaskan materi dan memberikan tugas kemudian berpindah dan mengabsen murid satu persatu sehingga tanpa disadari guru menghabiskan waktu secara percuma.

3.Pembelajaran seragam
Pelaksanaan pembelajaran pada setiap jenjang kelas dengan cara yang sama sehingga guru tanpa sadar melaksanakan pembelajaran yang seragam.  Pada setiap tingkatan guru menghadirkan proses yang sama, terkesan monoton, dan kegiatan terpusat pada guru.
 
4.Interaksi Guru dan Murid Sangat Terbatas
Sering kali guru yang melaksanakan pembelajaran kelas rangkap dengan hanya menjelaskan materi dan pemberian tugas membuat waktu berinteraksi dengan murid sangat terbatas karena adanya perpindahan kelas dan kegiatan yang sama. Kelas interaktif seharusnya dihadirkan dalam pembelajaran kelas rangkap agar tercipta interaksi antara guru dan murid. Namun, hal tersebut dilakukan hanya sekedar melaksanakan pembelajaran tanpa ada keterlibatan siswa.

5.Pemanfaatan Sumber Belajar Minim
Pembelajaran kelas rangkap yang sering kita temukan juga yakni pemanfaatan sumber belajara yang minim. Kebanyakan guru melaksanakan pembelajaran dengan cara menjelaskan materi dengan berdasar pada buku. ada banyak sumber belajar yang bisa dihadirkan di kelas maupun pemanfaat lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Akan tetapi, ada banyak praktik di lapangan kita temukan guru yang mengajar bermasa bodoh dan sekadar menuntaskan kewajiban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline