Lihat ke Halaman Asli

Firda Fatimah

TERVERIFIKASI

Belajar

"Trikotomi Kendali", Dalam Hidup Tidak Semuanya Dapat Kita Kendalikan

Diperbarui: 17 Maret 2022   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pengendalian diri | Sumber: www.kompas.com

“Life is 10 % what happens to us and 90 % how we react to it” – Dennis P. Kimbro

Dalam hidup, siapa sih yang tidak ingin selalu bahagia? Tentunya, kebahagiaan adalah dambaan hidup semua insan.

Setiap orang berusaha untuk membahagiakan hidupnya. Namun sayang, terkadang apa yang diusahakan justru malah membuat dirinya semakin stres. Mengapa bisa begitu?

Ya. Apakah kita pernah menyadari bahwa potensi stres berawal dari hal-hal di luar kendali yang kita paksa untuk mengendalikannya. 

Jika faktanya hal tersebut tak bisa mengikuti kendali kita, akibatnya akan muncul rasa kecewa, marah, sedih, tidak bahagia, dan sebagainya.

Sebagai contoh, mengendarai kendaraan bermotor di Jakarta memang sering terkena macet. Macet adalah kejadian di luar kendali kita. 

Jika kita ingat ungkapan Dennis P. Kimbro di awal artikel ini bahwa hidup adalah 90 % bagaimana kita meresponnya, maka macet bukanlah hal yang harus dipermasalahkan. Saat macet, kita punya pilihan untuk mengelola perasaan kita agar tidak mudah terbawa emosi.

Istilah trikotomi kendali dikembangkan oleh William Irvine yang sebelumnya bernama dikotomi kendali. Dikotomi kendali terdiri dari hal-hal yang ada dalam kendali kita dan hal-hal yang ada di luar kendali kita.

Trikotomi Kendali | Gambar oleh wonderfulmind.co.kr

Dalam trikotomi kendali, hal-hal di luar kendali dibagi lagi menjadi dua. Pertama, hal-hal di luar kendali kita sepenuhnya. Kedua, hal-hal di luar kendali kita yang dapat dipengaruhi sebagiannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline