Jemparing itu melesat. Merandai jalanan-jalanan kota. Menyusur tebing. Menyeberang seberang bentala. Tak amat jauh. Hanya tak nampak oleh netra. Lalu ia menancap, masih dan kian kuat.
Asing. Tentu saja. Masih jemparingku yang datang padamu. Suratan itu gaib. Namun, setengah maple berhasil gugur. Apik. Aku menyukainya. Tuhan memang selalu romantis ya. Kamu juga.
Tak jauh. Setengah maple lagi akan gugur dari sepasang kelopak yang merekah. Ya, sepasang aku dan kamu. Sampai jumpa di pertemuan kita. "Bertemu kemudian menyatu," bisik Tuhan padaku.
Batu, 15 November 2020