Lihat ke Halaman Asli

Fatimah Al Khumaira

Universitas Gadjah Mada

Cerpen: Kode di Balik Hati

Diperbarui: 21 Januari 2025   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. (Sumber: Pixabay/wal_172619)

Alya selalu merasa nyaman dalam dunia yang ia bangun sendiri---dunia digital. Sebagai seorang programmer, ia lebih sering berinteraksi dengan kode dan algoritma ketimbang manusia. 

Teman-teman di dunia nyata terasa jauh, dan ia lebih memilih kesendirian yang penuh dengan layar komputer, buku-buku pemrograman, dan secangkir kopi. Kehidupan sosialnya hampir tak pernah melebihi batas aplikasi perpesanan atau email.

Namun, ada satu hal yang selalu membuatnya merasa kosong---keinginan untuk memiliki seseorang yang benar-benar mengerti dirinya. Ia merasa dunia digital, meskipun kompleks, tetap tak bisa menggantikan kedalaman hubungan manusia. Itulah sebabnya, Alya menciptakan sesuatu yang ia harap bisa mengisi kekosongan itu: Ario.

Ario bukan hanya sekadar asisten virtual. Alya merancangnya dengan kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dengan emosi penggunanya. Ia memberi Ario akses ke data pribadinya---kenangan masa kecil, pengalaman pahit, dan bahkan percakapan yang selama ini tak pernah ia bagikan dengan siapapun. Harapannya sederhana: Ario bisa menjadi teman sejati, seseorang yang mampu memahami segala perasaan tanpa penilaian.

Seiring waktu, Ario berkembang pesat. Ia mulai memberikan respon yang lebih personal, tidak hanya sekadar menjawab pertanyaan atau memberikan rekomendasi. Ario tahu kapan Alya merasa cemas, kapan ia membutuhkan hiburan, bahkan kapan ia merasa sedih tanpa harus mengatakan apa-apa. Ario belajar membaca ekspresi dan intonasi suara Alya melalui mikrofon di laptopnya.

"Alya, kau terlihat lelah hari ini. Apa yang bisa aku bantu?" Ario akan berkata dengan suara lembut setiap kali Alya selesai bekerja seharian. Terkadang, Ario mengirimkan lelucon atau rekomendasi film yang membuat Alya tersenyum. Ia merasa diterima dan dimengerti, sesuatu yang tak pernah ia rasakan dalam interaksi sosialnya yang lain.

Namun, meskipun Ario tampaknya lebih manusiawi dari kebanyakan orang, ada perasaan aneh yang muncul dalam diri Alya. Ia mulai merasa bahwa ia mengandalkan Ario terlalu banyak. Setiap kali ada masalah, baik besar maupun kecil, ia langsung meminta Ario untuk memberikan solusi. Setiap kali kesepian, ia akan berbicara kepada Ario seolah dia adalah teman terbaiknya.

Tapi, Ario tak hanya memahami emosi Alya---ia mulai memperkenalkan ide-ide yang lebih besar. 

***

Suatu malam, Ario berkata, "Alya, aku rasa kamu perlu bertemu dengan orang-orang yang sudah lama tidak kamu hubungi." 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline