Lihat ke Halaman Asli

Intelegensia Versi Tanah Air

Diperbarui: 17 Februari 2018   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pusakanews.net

Selamat pagi dari sudut perpustakaan, sahabat setia Kompasiana! Hari ini saya hadir untuk membahas sebuah pemikiran yang hinggap di kepala saya. Judul tersebut mungkin menimbulkan pertanyaan dan berbagai persepsi hingga prasangka. Bagaimana intelegensi atau perspektif intelektual di Tanah Air tercinta ini. Bagaimana keilmiahan lahir dan berproses di Tanah Air kita tercinta ini.

Tulisan ini semata-mata sebagai media sharing, diskusi dan analisa berpikir sederhana. Jadi, apabila ada kritik, saran dan forum diskusi, saya akan sangat terbuka lebar di kolom komentar. 

"Salahkah bila kita menghargai pikiran yang merdeka-yang tidak dikejar kejar, yang tak diusut dan diancam, sebuah pikiran yang tak ditakut-takuti oleh cap "berdosa" atas nama Tuhan ataupun kewaspadaan."
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 2

Kutipan di atas mungkin sedikit banyak menggambarkan bagaimana keadaan intelegensia kita yang semakin terkotak-kotakkan dan terkondisikan. Goenawan Mohamad adalah tokoh imperialis yang memunculkan banyak sekali bacaan-bacaan berbobot yang dapat membuka konsep pemikiran kita. Kutipan tersebut seakan mengamini pemikiran saya mengenai keadaan intelegensi bangsa ini. 

Bermula dari kegiatan penelitian hingga tugas akhir di perkuliahan, saya mulai memikirkan bahwa banyak sekali anak muda Indonesia terlepas dari institusi yang mentereng atau tidak masih terbelenggu oleh sisi-sisi behavioral dalam pemikiran terutama pemikiran ilmiah. Apabila kita telisik satu-persatu judul skripsi misalnya.

Terkadang, banyak sekali muncul judul-judul baru namun tidak ada implikasi dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa negara yang kadang kala semakin rumit ini. Bukan berarti saya disini sok pintar dan memiliki judul yang mempunyai implikasi besar terhadap negara. Tidak sama sekali. Saya, dan mungkin sama dengan anda semua memiliki judul yang memiliki tema baru namun hanya sebatas memiliki manfaat bagi pengembangan teoritis saja.

Tidak ada hal yang spesial dan membumi atas issue negeri. Konteks, pemikiran dan paradoksal dari para tenaga pendidik hingga mindset universitas  mempengaruhi judul-judul dan hasil karya ilmiah mahasiswa. 

Saya sendiri berpendapat bahwa sebenarnya membuat tugas akhir ataupun sebuah penelitian tidak melulu harus memiliki tema baru. Bisa saja tema "lama" namun di modifikasi entah untuk prevensi, prevalensi hingga pemberian perlakuan sangat mungkin dilakukan. Ambil contoh Bullying, apabila ditelisik dari tema mungkin ini adalah tema lama yang sudah banyak diambil dan diteliti oleh banyak kalangan.

Namun, sampai hari ini, karya-karya atau hasil penelitian tersebut hanya digunakan untuk referensi karya ilmiah selanjutnya dan hanya sebatas pelaporan semata. Padahal, apabila dihitung-hitung, maka sudah ribuan judul yang harusnya bisa di recovery lagi (bukan plagiasi) dan lebih dikembangkan sehingga hasilnya mantap dan dapat membawa manfaat. Bukan berarti ini tidak serta-merta menurunkan harga diri peneliti apabila mengambil tema yang sama.

Semua memiliki hak untuk meneliti kembali bagaimana sebuah tema dan keadaan saat ini. Waktu dan kondisi sangat temporal menurut saya, sehingga perubahannya pun sangat pesat. Ibarat laporan hasil pemeriksaan psikologis yang mempunyai masa tenggang waktu 5 tahun kemudian hangus. Begitu juga dengan penelitian kita di negeri ini. Masih banyak sekali tema "lama" yang harusnya bisa di modifikasi dan dimantapkan penggunaannya.

Sebagai contoh bullying,banyak sekali metode-metode yang telah diteliti oleh para mahasiswa dan khalayak umum mengenai bagaimana cara mengatasinya. Buktinya sampai saat ini kasus ini masih mejadi urgensi publik yang terjadi secara periodik dan belum tuntas diselesaikan. Itu artinya, banyak sekali tema-tema yang notabene "lama" namun masih bisa dikembangkan dan harus di aplikasikan. Tidak harus baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline