Cangkringan, Sleman -- Aktivitas penambangan pasir di sekitar Gunung Merapi, yang telah lama menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat, cukup menjadi sorotan tajam. Selain memberikan dampak positif seperti perputaran roda ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, praktik ini juga memunculkan kerusakan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan.
Pasir vulkanik dari Gunung Merapi dikenal sebagai salah satu bahan bangunan berkualitas tinggi. Kandungan silika dan besi yang belum teroksidasi memberikan keunggulan signifikan, dengan harga pasar yang relatif terjangkau mulai dari Rp150.000 per truk. Tidak heran jika banyak warga Cangkringan terlibat dalam aktivitas ini, dengan penghasilan harian mencapai Rp90.000--Rp150.000. Namun, di balik keuntungan ekonomis tersebut, ada harga mahal yang harus dibayar: kerusakan ekosistem alam dan ancaman terhadap kesehatan masyarakat.
Kerusakan Lingkungan dan Kesehatan
Menurut Dinas Pengairan, Pertambangan, dan Penanggulangan Bencana Alam (P3BA), aktivitas penambangan di wilayah ini telah menyebabkan perubahan drastis pada kondisi alam. Bekas galian yang tidak direklamasi, hilangnya lapisan tanah subur, serta kerusakan tata air adalah beberapa contoh nyata. Area yang dulunya menjadi resapan air kini berubah menjadi lahan tandus dan rentan terhadap bencana seperti tanah longsor.
Selain itu, debu hasil aktivitas penambangan juga meningkatkan risiko kesehatan. Data Puskesmas Cangkringan menunjukkan peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di kalangan anak-anak sebesar 20% pada 2012 dibandingkan tahun sebelumnya. Sebanyak 1.142 pasien usia 0-19 tahun tercatat hanya dalam periode Februari hingga Agustus 2012, dengan rata-rata 163 pasien per bulan.
Pendekatan Green Politics Theory dan Environmentalism Theory
Untuk menyikapi masalah ini, analisis menggunakan pendekatan Green Politics Theory dan Environmentalism Theory dapat memberikan gambaran beberapa solusi yang relevan.
1. Green Politics Theory
Pendekatan ini menolak pandangan antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat segalanya. Sebaliknya, ia mengedepankan nilai-nilai ekologis dan keberlanjutan jangka panjang. Dalam konteks ini, pemerintah perlu:
- Membatasi izin tambang secara ketat.