Lihat ke Halaman Asli

Fatih Rabbani

Mahasiswa

Surabaya dalam Upaya Menghadapi Perubahan Iklim

Diperbarui: 20 November 2024   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Surabaya, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki peran penting dalam upaya nasional mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Poin ke-13 dari 17 poin SDGs, yang berfokus pada penanganan perubahan iklim, sangat relevan mengingat tantangan yang dihadapi oleh kota ini. Surabaya, dengan segala kompleksitasnya, harus menemukan jalan untuk mengatasi masalah lingkungan ini sambil tetap mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Poin 13 SDGs menekankan bahwa penting untuk segera melakukan tindakan persiapan menghadapi perubahan iklim. Sebagai kota pesisir, kota yang dijuluki sebagai kota pahlawan ini memiliki risiko tinggi akibat perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan air laut, banjir, dan cuaca ekstrem. Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan intensitas banjir telah merusak infrastruktur, mengganggu aktivitas ekonomi, dan menurunkan kualitas hidup warga, sehingga menjadi isu utama. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada fisik kota, tetapi juga pada kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakatnya.

Untuk mengatasi dampak perubahan iklim, Surabaya perlu mengembangkan kebijakan dan strategi yang selaras dengan poin 13 SDGs. Salah satu langkah penting adalah memperkuat sistem drainase kota dan meningkatkan kapasitas penanganan banjir, seperti yang dilakukan oleh Wali Kota Eri Cahyadi, meskipun menyebabkan kemacetan di beberapa titik. Pemerintah kota juga bisa memanfaatkan teknologi hijau dalam desain infrastruktur drainase, seperti penerapan sumur resapan dan penanaman vegetasi yang mampu menyerap air secara alami. Selain itu, ruang terbuka hijau harus diperluas dan dipertahankan sebagai bagian integral dari strategi mitigasi perubahan iklim. Ruang terbuka hijau ini tidak hanya berfungsi sebagai area resapan air, tetapi juga sebagai paru-paru kota yang mampu mengurangi polusi udara dan menurunkan suhu lingkungan perkotaan.

Transportasi berperan penting dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Surabaya yang terus berkembang pesat menghadapi tantangan dalam mengelola mobilitas warga yang semakin meningkat. Kendaraan bermotor yang memadati jalanan menjadi sumber utama polusi udara dan emisi karbon di kota ini. Untuk itu, transisi menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan menjadi suatu keharusan, seperti melalui program Suroboyo Bus dan Wira-wiri Suroboyo.

Tingkat kemajuan sebuah kota bukan diukur dari banyaknya kendaraan pribadi, tetapi dari seberapa efektif transportasi umumnya. Pemerintah kota dapat memperkenalkan dan memperluas jaringan transportasi umum berbasis listrik, seperti bus listrik dan kereta ringan (LRT). Selain mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, solusi ini juga membantu mengurangi tingkat polusi udara. Kebijakan ini perlu didukung dengan penyediaan infrastruktur pendukung, seperti stasiun pengisian daya listrik yang mudah diakses serta jalur khusus untuk transportasi ramah lingkungan.

Lebih jauh, Surabaya dapat mengintegrasikan kebijakan pengelolaan sampah yang berkelanjutan sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim. Volume sampah yang terus meningkat menjadi tantangan tersendiri, terutama di kota dengan populasi padat seperti Surabaya. Pemerintah kota perlu memperkuat program daur ulang dan pengolahan sampah organik. Teknologi seperti insinerator ramah lingkungan yang mampu mengolah sampah menjadi energi dapat menjadi solusi efektif. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang  cenderung berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca.

Selain mitigasi, Surabaya juga harus fokus pada adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan sangat krusial. Pendidikan dan kampanye tentang perubahan iklim perlu digencarkan, terutama di kalangan anak muda. Mereka perlu didorong untuk terlibat aktif dalam inisiatif lingkungan, seperti gerakan penghijauan, pengelolaan sampah, dan penghematan energi. Kolaborasi dengan lembaga pendidikan, komunitas, dan sektor swasta juga dapat memperkuat upaya ini, menjadikan Surabaya sebagai contoh kota yang tanggap dan adaptif terhadap perubahan iklim.

Surabaya juga dapat mengembangkan kebijakan ekonomi yang mendukung pengurangan emisi, seperti insentif bagi industri yang menerapkan praktik ramah lingkungan. Pengembangan ekonomi hijau, di mana pertumbuhan ekonomi dicapai tanpa merusak lingkungan, harus menjadi prioritas. Industri di Surabaya perlu didorong untuk mengadopsi teknologi rendah karbon dan meningkatkan efisiensi energi. Dengan demikian, Surabaya tidak hanya berkontribusi pada pencapaian SDGs poin 13 tetapi juga menciptakan lingkungan bisnis yang berkelanjutan.

Sebagai penutup, Surabaya memiliki peran krusial dalam upaya nasional mencapai SDGs, terutama dalam penanganan perubahan iklim. Melalui kebijakan yang selaras dan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat, Surabaya dapat mengurangi dampak negatif perubahan iklim dan mengatasi masalah lingkungan yang ada. Dengan demikian, Surabaya dapat menjadi kota yang berkembang secara ekonomi, berkelanjutan, dan tangguh terhadap perubahan iklim, serta mewujudkan visi Indonesia yang lebih hijau dan berdaya saing di kancah global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline