Lihat ke Halaman Asli

Problematika yang Dialami Anak dalam Memperoleh Bahasa

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Problematika yang di alami anak dalam memperoleh bahasa

Wykke Safitri Fatih Mas’udah Lailatul Aini

Mahasiswa PGRA IAIN SALATIGA

Anak usia 0-1 tahun adalah usia anak, dimana ia sedang belajar mengenal lingkungannya, dimana saat itu anak juga mulai mengenal bahasa, terutama adalah bahasa ibu. Bila dalam lingkungan anak menggunakan bahasa indonesia, maka saat ia dapat bicara nanti, ia pasti juga akan menggunakan bahasa indonesia sebagai ungkapan ia dalam berkomunikasi, untuk itu saat anak belum dapat bicara sebagai orang tua, kita harus sering mengajarkan anak-anak kita berbicara. Meskipun anak kita belum tahu, namun ia akan merekam semua kata-kata kita dan setelah saatnya ia dapat bicara, ia akan tahu dengan sendirinya arti kata-kata yang kita ucapkan. Misalnya kita akan mengajak anak kita makan, maka cara kita mengajarkan bahasa kepada anak kita adalah mengucapkan kata-kata mengajak makan dengan memperlihatkan kepada anak makanannya. Sehingga anak itu tahu bahwa ternyata maksud makanan itu.

Dalam sebuah study casus. Ada anak usia 0-1 tahun yang diasuh oleh neneknya ( ibu dari ayahnya ) karena ayah dan ibunya bekerja. Namun, saat anak berusia 3 bulan nenek yang mengasuhnya meninggal, karena ayah dan ibunya bekerja kemudian anak tadi di asuh oleh budhenya ( kakak ayahnya ). Namun, si budhe tadi kekurangan dalam berkomunikasi dikarenakan “ bisu “. Si budhe tadi bila mengajak sesuatu kepada anak menggunakan bahasa isyarat. Anak tersebut diasuh budhenya dari umur 3 bulan sampai 2 tahun. Padda usia 2 tahun seharusnya anak yang normal sudah dapat mengucapkan beberapa kosakata, kosakata yang paling mudah adalah ( makan, ayah, ibu ). Sungguh mengejutkan ketika lebaran Si Anak tadi diajak ke rumah nenek dari Ibunya, saat ditanya neneknya anak tadi hanya menggunakan bahasa isyarat. Kemudian si nenek, kakek dan adik-adik ibunya merasa prihatin dan meminta izin kepada ayah Si Anak, agar ananya ditinggal dan diasuh oleh nenek dari ibunya dengan alasan agar anak tersebut dapat seperti anak-anak yang lain dapat berkomunikasi dengan normal, kemudian ayahnya mengizinkan. Saat pertama kali diasuh oleh nenek dari ibunya, Si Anak masih sulit sekali diajak berkomunikasi dengan bahasa, ia selalu marah dan meronta-ronta ketika ia meminta sesuatu karena tidak ada yang tahu apa yang diinginkanya. Kemudian, dengan telaten dan penuh kasih sayang, kakek, nenek dan tante-tantenya menggajarkan kosakata yang dibutuhkan anak tersebut, misalnya saat makan neneknya berkata dengan mengejakan kata satu persatu dan mempraktikkan untuk anak tersebut “ Yo nak makan dahulu “, sambil membawa makanan, anak juga dikenalkan dengan beberapa hewan disekitarnya seperti, ayam, dengan cara anak diajak memegangnya, menayakan bagaimana suaranya, meraba bulunya, dan mengajak anak untuk memberi makan ayam tersebut. Sehingga anak tahu “ O, ini ayam “ dengan pembelajaran yang dilakukan oleh nenek yang diajarkan secara langsung dengan praktik, dan anak tersebut mengikuti dan mempraktikkan secara langsung. Dengan ketelatenan kakek, nenek, dan tante-tantenya Si Anak berusia 2 tahun mulai dapat mengucapkan kata-kata saat ia menginginkan sesuatu. Bahasa sangat penting dalam kita berkomunikasi dengan orang lain, tanpa bahasa, kita tidak tahu apa yang diinginkan orang lain. ( PGRA/IV/UTS/IAIN SALATIGA )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline