Lihat ke Halaman Asli

SMS 'Alay' Berakibat Salah Pengertian

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Ini pengalaman pribadi saya tentang pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Kejadian yang sangat saya ingat sampai sekarang ini terjadi saat saya masih menduduki semester satu di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Saat itu, saya yang merupakan koordinataor kelompok praktikum menginfokan kepada semua anggota kelompok untuk berkumpul di Gedung D fakultas untuk mengerjakan laporan praktikum bersama. Salah satu teman saya, Tono (bukan nama sebenarnya) meminta ijin kepada saya untuk datang terlamba sepuluh menit karena masih ada kepentingan. Hampir setengah jam berlalu, dia belum juga datang. Padahal, saat itu saya sedang melakukan pembagian tugas. Karena merasa lelah menunggu, salah seorang teman saya yang bernama Rere (bukan nama sebenarnya) berniat mengirimkan sms kepada Tono. Di sinilah puncak ceritanya. Gaya menulis sms Rere yang salah kaprah menjadikan saya yang tadinya juga lelah menunggu jadi bisa tertawa terbahak-bahak.

Saat ini semakin banyak anak muda yang mengirim sms dengan bahasa yang disebut bahasa alay. Entah berasal dari manakah istilah alay tersebut, yang jelas sms alay itu sering menimbulkan salah arti, salah paham dan terkadang sangat sulit untuk dibaca karena terlalu banyak huruf yang diganti dengan angka dan symbol-simbol. Nah, mungkin teman saya yang bernama Rere adalah salah seorang yang terbiasa menggunakan bahasa alay tersebut sehingga dia mengirimkan sms kepada Tono seperti ini “Tono, ayo qm ke cini C4!”. Setelah mengirim sms tersebut, Rere dengan santainya berkata kepada saya bahwa Tono akan segera datang karena telah dia sms. Namun lima belas menit lagi saya menunggu tetap tak tampak batang hidung Tono, tak lama handphone saya berdering. Ternyata itu telephon dari Tono yang kebingungan mencari saya dan teman-teman yang lain. Setelah saya beri tahukan posisi saya, tak lama dia pun datang dengan terengah-engah kelelahan.

“Ke mana saja kamu Ton? Bukannya tadi Rere sudah memberi tahu kamu untuk cepat ke sini?” Tanya saya setengah marah karena lelah menunggu.

“Tadi saya sudah cari ke ruang C4. Tapi di sana tidak ada siapa-siapa.”

Saya heran dan bingung karena pagi tadi saya memberi info kepada teman-teman untuk berkumpul di gedung D bukan di ruang C4.

“Kenapa kamu ke ruang C4? Kan saya bilangnya di gedung D.”

“Tadi kata Rere, di ruang C4.” Sembari menunjukkan sms Rere di handphonnya.

Sontak saya dan Rere tertawa terbahak-bahak. Saya baru sadar bahwa sms yang dikirim Rere untuk Tono itu menggunakan bahasa alay. Rere menuliskan “Tono, ayo qm ke cini C4!” C4 yang ditulis rere itu maksudnya “cepat” sedangkan Tono menganggap C4 adalah ruang C4.

Kejadian tadi memberikan sebuah hikmah yang sangat berarti untuk saya dan kawan-kawan akan pentingnya berbahasa Indonesia dengan benar. Menggunakan bahasa yang benar akan meminimalisir kesalah pahaman seperti kejadian yang pernah dialami oleh Tono tadi. Semoga dengan adanya kisah saya ini, anak muda yang tadinya masih sering menggunakan bahasa alay akan berlatih dan berlatih untuk kembali menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar baik cara penulisan maupun pengejaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline