Manusia dewasa kini meributkan tentang takdirnya, manusia kerdil kini selalu meng halusinasikan kehidupannya kedepan, manusia terpuji kini lupa bahwa ada yang lebih berhak mengatur juga merahasiakan tentang takdir dari manusia itu sendiri.
Sadarkah halayak ramai tentang kehidupan di dunia ini sampai" urusan yang katanya bahagianya, hingga mengajak perang sang maha kuasa, alangkah sangat rusak tatanan bertuhan juga bermanusia jika ranah yang seharusnya menjadi tempat untuk kita lebih bisa bertuhan malah menjadi arena atau sarana menjauhkan daru segala rohmat dan karuniaNYa..
Begini saja selalu tiada kata merasa diri ini adalah hamba, yang di tau hanya rasa akan haknya sebagai manusia yg berhak meminta atau bahasa yang lebih jujur memaksa kehendak tuhan untuk sesuatu yang kita sendiri tak mungkin bisa bertanggung jawab atas sesuatu tersebut.. lalu bagaimana kita yang notabene awam kok langsung ingin menggantikan tuhan, apa karna pengetahuan kita, atau karna kelicikan kita,??? Di dasari ilmu pun itu rasanya kuranglah tepat, sebagaimana manusia hanya menerima dan tak akan pernah bisa memberi dalam pengetahuan hakikatnya sebagai manusia..
Khalayak ramai mempermasalahkan takdir yang di berikan oleh tuhan untuk di jalani manusia nyatanya sangat ingin sekali di rubah oleh manusia itu sendiri, dengan dalih ihtiyar juga usaha mencari kebahagiaan atau yang lebih sering di dengar menggapai kebahagiaan.
Aneh memang manusia yang notabene adalah robot ataupun wayang yang di kendalikan oleh dalang atau juga dengan remote control dengan bangganya menunjukan bahwa mereka bisa hidup sendiri dengan usahanya . Dengan dalih ilmu juga segala kekayaan yang tersedia sebagai alat, juga sebagai fasilitas baginya untuk mengatur dunia, untuk menjaga dunia, sampai mungkin malaikat dan juga para penjaga dunia lainnya sudah cuti dari tugasnya. Hohohoho
Jika di pikir mungkin salah tuhan memberikan akal pada satu mahluk yaitu manusia jika pada kenyataanya banyak di gunakan untuk mengakali kuasa tuhan, tapi jika di tela'ah lebih dalam, bahwa manusia tercipta memang mahluk sempurna dengan perangkat aktif, sebegitu sempurnanya di banding ciptaan yang lain, tapi apa gunanya jika hanya kenyataanya malah membuat lupa dengan sang hyang pencipta, ohhh tpi begitulah sang maha cinta.
Tak pernah setengah" memberi cinta sekalipun tak terbalas, memberikan kasih memberikan segalanya tanpa minta imbalan, itulah tuhan dengan segala kuasanya yang sangatlah agung memberi kehidupan, kebahagiaan, memberi segalanya apapun pada ciptaanya, sekalipun ingin di ganti posisinya oleh hampir besar ciptaanya, tpi tuhan tetaplah sang maha dari yang maha,, dan yang terpenting juga perlu di garis bawahi , bahwa sehebat apapun manusia tak akan pernah bisa merubah takdirnya.
Semua mahluk hidup yang di ciptakan tuhan hanya sebagai perantara juga sebagai piranti penyampai rahmat juga kasih sayangnya pada seluruh ciptaannya di bumi juga di langit, hingga tercipta sebuah ritme kehidupan yang saling melengkapi, tapi entahlah di lihat dari individu mahluk rasanya sulit tercipta ritme yang indah,, namun jika kita melihat keseluruhan barulah kita lihat tuhan maha kuasa juga maha mengatur setiap takdir manusia dan maha maha dari sang hyang maha sempurna.
Contoh besarnya ialah fir'aun dan qorun, jangan memandang serakahnya, tpi lihatlah kenapa dia sampai begitu di laknat tuhan. Alasanya cuma satu ialah secara dohir dia tidak mau mengakui tuhan, bahkan setiap kata" nya menunjukkab bahwa dia ingin di akui sebagai tuhan, padahal du jelaskan juga di dalam alqur an bahwa sesungguhnya dua tau siapa yang harus di sembah.
Tapi begitulah tuhan mengambil contoh dari hambanya untuk contoh manusia selanjutnya, tpi sekarang apa yang terjadi.. fir'aun" yang berwujud sebagai manusia alim dan taat pada tuhan, siapa ang bisa membedakan, hanya tuhan dengan kuasanya yang akan menunjukan siapa manusia sebenarnya.
Tatkala jemari saling beradu mengusap-usap telapak, meratap belas kasihan dari sang maha , berkelinang air mata, hati sendu menusuk urat nadi berulang tanya pada diri sendiri akankah mampu berbahagia tanpa belas kasihannya, oh terlelap mata tak bisa membuka keindahan dunia sendiri sampai-sampai kawatir akan kemunduran diri bersambut derita jiwa yang selalu menemani setiap jengkal kehidupan yang seharusnya dapat menikmati.