Oleh Dr. Evi Chamalah, S.Pd., M.Pd., dan Fatichatin Nabila
Dosen PBSI FKIP Unissula dan mahasiswa PBSI FKIP Unissula
Proses pendidikan dimulai dari proses perencanaan pembelajaran sampai ke tahap evaluasi. Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan kependidikan oleh pendidik. Kegiatan evaluasi pembelajaran ini mampu mengukur siswa dalam segala kemampuan. Menurut (Setemen, 2010) evaluasi pembelajaran memberikan gambaran mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap materi, gambaran mengenai kesulitan belajar siswa, dan memberikan gambaran tentang posisi siswa di antara teman-temannya. Hasil evaluasi pembelajaran mampu memberi keputusan yang profesional.
Pada Rabu, 30 November 2022 saya telah melaksanakan wawancara dengan Bu Febriarni selaku guru Bahasa Indonesia kelas X dan XI di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang. Isi wawancara saya di hari tersebut mengenai pembelajaran sastra dan evaluasi pembelajaran yang telah diterapkan Bu Febri terhadap peserta didiknya. Metode pembelajaran yang biasanya digunakan yang pas untuk kurikulum merdeka salah satunya menggunakan metode diskusi. Metode yang dapat dilakukan
secara berkelompok atau diskusi kelompok. Jadi, sistem yang digunakan adalah presentasi. Peserta didik diminta untuk berusaha dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya tentang sub-bab yang akan dibahas. Saat kegiatan presentasi dilaksanakan, peserta didik harus sudah siap dengan materi yang akan dibahas, entah berbentuk Power Point, word, atau yang lain. setelah penyampaian materi, lalu ada sesi tanya jawab yang mana setiap kelompok audiens wajib memberikan minimal satu pertanyaan kepada kelompok yang sedang presentasi. Pada saat itulah terjadinya diskusi antar kelompok. Metode tersebut mampu melatih siswa berkontribusi didalam presentasi dikelas, hal tersebut mampu melatih siswa untuk berkontribusi dan memberikan dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya kelak. Seperti yang diharapkan projek penguatan dikurikulum merdeka.d
Pada pembelajaran sastra hikayat terdapat kelemahan-kelemahan siswa yang telah ditemui Bu Febri salah satunya yaitu dalam materi hikayat bahasa yang digunakan bahasa lampau, sehingga siswa zaman sekarang agak kesulitan untuk menerjemahkan kalimat-kalimat lampau tersebut. Bahasa itu kan dinamis, bahasa itu selalu berubah setiap masanya dan ejaannya berubah. Jadi, siswa yang belum belajar itu agak kesulitan dalam memahami. Jadi, Bu Febri telah menemukan cara yang tepat untuk menyikapi kelemahan-kelemahan tersebut dengan cara siswa yang kurang paham bisa bertanya kepada temannya, sebab bahasa teman mudah dipahami. Karena dalam pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa pendidikan, jadi kemungkinan siswa kurang memahami. Tetapi kalau dengan temannya terkadang temannya bebas menggunakan bahasa mereka sendiri yang mudah dipahami. Biasanya membutuhkan 3 kali pengulangan mereka baru paham.
Dengan demikian, cara tepat penggunaan evaluasi pebelajaran sastra yang dilakukan Bu Febri yaitu dengan proyek. Dengan proyek tersebut dapat melatih siswa untuk menambah informasi dan kesiapan untuk bergabung kedalam masyarakat nantinya. Karena sekarang guru bukan sumber utama, jadi tidak lagi satu-satunya sumber, apalagi anak-anak sekarang memiliki akses internet lebih. Yang nanti 10, 20 tahun kedepan yang jadi pemimpin itu mereka.
Dokumentasi:
Foto bersama Bu Febri ketika melaksanakan wawancara di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H